Komunitas Penulis - Sastra bandingan atau yang sering disebut dengan Literary Comparative
merupakan usaha membandingkan dua karya sastra. Dalam perbandingan ini
tidak hanya terfokus pada karya sastra tetapi juga aspek-aspek yang ada
dalam karya sastra itu sendiri. Bahkan sastra banding juga bisa
menggunakan teori lain sebagai alat pembandingnya.
Sapardi Djoko Damono menyatakan bahwa sastra bandingan meruakan pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori tersendiri. Dalam arti bahwa teori apa pun dapat digunakan dalam penelitian sastra banding.
Dalam beberapa tulisan, sastra bandingan juga disebut sebagai studi atau kajian. Sastra bandingan melampaui batas-batas bangsa dan negara untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kecenderungan dan gerakan yang terjadi di berbagai bangsa dan negara.
Menurut Clements ada lima pendekatan yang bisa dipergunakan dalam penelitian sastra bandingan:
1. tema/mitos
2. genre/bentuk
3. gerakan/jaman
4. hubungan-hubungan antara sastra dan bidang seni dan disiplin ilmu lain, dan
5. pelibatan sastra sebagai bahan bagi perkembangan teori yang terus menerus berguir.
Berbeda dengan Clements, Jost (1974:33) membagi pendekatan dalam sastra bandingan menjadi empat bidang;
1. pengaruh dan analogi
2. gerakan dan kecenderungan,
3. genre dan bentuk, dan
4. motif, tipe, dan tema
Banyaknya pengertian tentang ‘sastra bandingan’ tidak menutup kemungkinan, seseorang akan terpuaskan dengan satu wilayah makna saja, akan tetapi tidak menjangkau sisi lain dari pemaknaan ‘sastra’.
Istilah sastra bandingan kali pertama muncul di negara Inggris yang dipelopori oleh para pemikir Perancis seperti Fernand Baldensperger, Jean-Marie Carre’, Paul van Tieghem, dan Marius-Francois Guyard. Mereka ini dalam ilmu sastra bandingan akhirnya lebih dikenal sebagai pelopor aliran Perancis atau aliran lama (Hutomo, 1993: 1). Pada perkembangan selanjutnya, sastra bandingan ini juga berkembang di Amerika, mengembangkan konsep-konsep sastra bandingan aliran Perancis, sehingga sastra bandingan aliran Amerika ini disebut sebagai aliran baru (Hutomo, 1993: 1).
Aliran Perancis sebagai aliran lama berpendapat bahwa sastra bandingan adalah pembandingan sastra secara sistematik dari dua negara yang berlainan (Hutomo, 1993: 1). Sedangkan aliran Amerika berpandangan lebih luas. Aliran Amerika tidak hanya membandingkan dua karya sastra dari dua negara yang berlainan, tetapi juga membandingkan sastra dengan bidang ilmu atau seni tertentu (Hutomo, 1993: 3). Oleh aliran Perancis hal tersebut tidak disetujui. Namun dalam praktiknya ternyata aliran Perancis juga melaksanakan konsep aliran Amerika (Hutomo, 1993: 4).
Aliran Prancis menurut Clements dikatakan sebagai aliran yang hanya membandingkan hanya unsur intrinsik dua buah karya sastra atau lebih yang segenre. Sedangkan aliran Amerika menurut Remark juga merupakan aliran yang membandingkan dua buah karya sastra atau lebih yang segenre. Hanya saja bidang yang dibandingkan tidak hanya unsur intrinsik karya sastra tersebut, tetapi dikaitkan juga dengan bidang ilmu yang lain seperti filsafat, sosiologi, politik, agama, budaya, dan sebagainya.
Menurut Bassnett (1993:12), nama sastra bandingan berasal dari suatu seri antologi Perancis yang terbit pada tahun 1816 dengan judul Cours de Litterature Comparee. Istilah dalam versi Jermannya Vergleichende Literaturgeschichte yang muncul pertama kali dalam buku karangan Moriz Carriere pada tahun 1854, sedangkan dalam bahasa Inggris diperkenalkan oleh Matthew Arnold pada tahun 1848. Jadi, sastra bandingan dapat dikatakan masih muda. Pada awalnya studi sastra bandingan berasal dari studi bandingan ilmu pengetahuan, kemudian lahir studi bandingan agama, baru kemudian lahir sastra bandingan (Darma, 2003:8).
Basnett (1993:20) menambahkan bahwa istilah “comparative litterature” baru muncul pada zaman peralihan sewaktu negara-negara terjajah berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan dari kerajaan “Ottoman”, dari kerajaan Austro-Hungaria, dari Perancis dan Rusia. Negara yang baru terwujud, sehingga jati diri kebangsaannya tidak dapat dipisahkan dengan budaya nasional. Munculnya sastra bandingan bersamaan dengan munculnya jiwa nasionalisme pada zaman peralihan, yang pada saat itu negara-negara terjajah sedang mencari identitas mereka. Lahirnya sastra bandingan ini disebabkan oleh timbulnya kesadaran bahwa sastra itu plural, tidak tunggal (Darma, 2007:53).
Semua sastra memiliki persamaan dan perbedaan-perbedaan. Adanya persamaan dan perbedaan-perbedaan itu memunculkan studi untuk membandingkan dan mencari sebab-sebab timbulnya persamaan dan perbedaan. Di Perancis sastra bandingan dipelopori oleh Fernand Baldensperger, Jean-Marir Carre, Paul van Tieghem, dan Marius-Francois Guyard. Sastra bandingan kemudian menjadi dua aliran, yaitu aliran Perancis dan aliran Amerika. Aliran Perancis disebut aliran lama, sedangkan aliran Amerika dinamakan aliran baru. Aliran Perancis menekankan perbandingan karya sastra dari negara yang berbeda, sedangkan aliran Amerika di samping membandingkan dua karya sastra yang berbeda, juga membandingkan karya sastra dengan bidang ilmu dan seni tertentu.
Perkembangan sastra bandingan di Indonesia tidak lepas dari induknya yaitu Prancis dan Amerika. Tetapi tampaknya Amerika Serikat justru lebih mendominasi hadirnya sastra bandingan di Indonesia
Sastra bandingan di Indonesia secara garis besar dapat dibagi dalam empat kelompok, yaitu:
1) Sastra bandingan dalam kaitan studi filologi yang dikenal sebagai kritik teks.
2) Sastra bandingan dalam hubungannya dengan sastra lisan. Jenis penelitian ini lebih ke arah motif dan atau tema dalam dongeng, cerita rakyat, legenda, dan sejenisnya, serta merunut wilayah penyebaran teks.
3) Sastra bandingan modern, yakni sastra bandingan tulis, baik yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang masih bernama bahasa Melayu maupun yang ditulis dalam bahasa Indonesia.
4) Sastra bandingan interdisipliner artinya menyandingkan karya sastra dengan bidang lain di luar ilmu sastra. Bandingan yang keempat ini sering melahirkan simbiosis mutualisme antara sastra dan bidang lain.
Para sarjana, baik asing maupun Indonesia, telah banyak melakukan studi filologi atas naskah-naskah lama Nusantara (Indonesia). Umumnya perbandingan naskah-naskah yang berupa karya sastra yang berbeda, lalu dicari pertautannya, dan kemudian menemukan naskah induk. Setelah induk naskah ditemukan barulah dilakukan perbaikan serta penganalisisan untuk menentukan latar belakang budaya yang tercermin dalam naskah.
DAFTAR PUSTAKA
Sapardi Djoko Damono menyatakan bahwa sastra bandingan meruakan pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori tersendiri. Dalam arti bahwa teori apa pun dapat digunakan dalam penelitian sastra banding.
Pengertian Sastra Bandingan
Dalam beberapa tulisan, sastra bandingan juga disebut sebagai studi atau kajian. Sastra bandingan melampaui batas-batas bangsa dan negara untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kecenderungan dan gerakan yang terjadi di berbagai bangsa dan negara.
Menurut Clements ada lima pendekatan yang bisa dipergunakan dalam penelitian sastra bandingan:
1. tema/mitos
2. genre/bentuk
3. gerakan/jaman
4. hubungan-hubungan antara sastra dan bidang seni dan disiplin ilmu lain, dan
5. pelibatan sastra sebagai bahan bagi perkembangan teori yang terus menerus berguir.
Berbeda dengan Clements, Jost (1974:33) membagi pendekatan dalam sastra bandingan menjadi empat bidang;
1. pengaruh dan analogi
2. gerakan dan kecenderungan,
3. genre dan bentuk, dan
4. motif, tipe, dan tema
Banyaknya pengertian tentang ‘sastra bandingan’ tidak menutup kemungkinan, seseorang akan terpuaskan dengan satu wilayah makna saja, akan tetapi tidak menjangkau sisi lain dari pemaknaan ‘sastra’.
Sejarah Sastra Bandingan
Istilah sastra bandingan kali pertama muncul di negara Inggris yang dipelopori oleh para pemikir Perancis seperti Fernand Baldensperger, Jean-Marie Carre’, Paul van Tieghem, dan Marius-Francois Guyard. Mereka ini dalam ilmu sastra bandingan akhirnya lebih dikenal sebagai pelopor aliran Perancis atau aliran lama (Hutomo, 1993: 1). Pada perkembangan selanjutnya, sastra bandingan ini juga berkembang di Amerika, mengembangkan konsep-konsep sastra bandingan aliran Perancis, sehingga sastra bandingan aliran Amerika ini disebut sebagai aliran baru (Hutomo, 1993: 1).
Aliran Perancis sebagai aliran lama berpendapat bahwa sastra bandingan adalah pembandingan sastra secara sistematik dari dua negara yang berlainan (Hutomo, 1993: 1). Sedangkan aliran Amerika berpandangan lebih luas. Aliran Amerika tidak hanya membandingkan dua karya sastra dari dua negara yang berlainan, tetapi juga membandingkan sastra dengan bidang ilmu atau seni tertentu (Hutomo, 1993: 3). Oleh aliran Perancis hal tersebut tidak disetujui. Namun dalam praktiknya ternyata aliran Perancis juga melaksanakan konsep aliran Amerika (Hutomo, 1993: 4).
Aliran Prancis menurut Clements dikatakan sebagai aliran yang hanya membandingkan hanya unsur intrinsik dua buah karya sastra atau lebih yang segenre. Sedangkan aliran Amerika menurut Remark juga merupakan aliran yang membandingkan dua buah karya sastra atau lebih yang segenre. Hanya saja bidang yang dibandingkan tidak hanya unsur intrinsik karya sastra tersebut, tetapi dikaitkan juga dengan bidang ilmu yang lain seperti filsafat, sosiologi, politik, agama, budaya, dan sebagainya.
Menurut Bassnett (1993:12), nama sastra bandingan berasal dari suatu seri antologi Perancis yang terbit pada tahun 1816 dengan judul Cours de Litterature Comparee. Istilah dalam versi Jermannya Vergleichende Literaturgeschichte yang muncul pertama kali dalam buku karangan Moriz Carriere pada tahun 1854, sedangkan dalam bahasa Inggris diperkenalkan oleh Matthew Arnold pada tahun 1848. Jadi, sastra bandingan dapat dikatakan masih muda. Pada awalnya studi sastra bandingan berasal dari studi bandingan ilmu pengetahuan, kemudian lahir studi bandingan agama, baru kemudian lahir sastra bandingan (Darma, 2003:8).
Basnett (1993:20) menambahkan bahwa istilah “comparative litterature” baru muncul pada zaman peralihan sewaktu negara-negara terjajah berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan dari kerajaan “Ottoman”, dari kerajaan Austro-Hungaria, dari Perancis dan Rusia. Negara yang baru terwujud, sehingga jati diri kebangsaannya tidak dapat dipisahkan dengan budaya nasional. Munculnya sastra bandingan bersamaan dengan munculnya jiwa nasionalisme pada zaman peralihan, yang pada saat itu negara-negara terjajah sedang mencari identitas mereka. Lahirnya sastra bandingan ini disebabkan oleh timbulnya kesadaran bahwa sastra itu plural, tidak tunggal (Darma, 2007:53).
Semua sastra memiliki persamaan dan perbedaan-perbedaan. Adanya persamaan dan perbedaan-perbedaan itu memunculkan studi untuk membandingkan dan mencari sebab-sebab timbulnya persamaan dan perbedaan. Di Perancis sastra bandingan dipelopori oleh Fernand Baldensperger, Jean-Marir Carre, Paul van Tieghem, dan Marius-Francois Guyard. Sastra bandingan kemudian menjadi dua aliran, yaitu aliran Perancis dan aliran Amerika. Aliran Perancis disebut aliran lama, sedangkan aliran Amerika dinamakan aliran baru. Aliran Perancis menekankan perbandingan karya sastra dari negara yang berbeda, sedangkan aliran Amerika di samping membandingkan dua karya sastra yang berbeda, juga membandingkan karya sastra dengan bidang ilmu dan seni tertentu.
Perkembangan sastra bandingan di Indonesia tidak lepas dari induknya yaitu Prancis dan Amerika. Tetapi tampaknya Amerika Serikat justru lebih mendominasi hadirnya sastra bandingan di Indonesia
Sastra bandingan di Indonesia secara garis besar dapat dibagi dalam empat kelompok, yaitu:
1) Sastra bandingan dalam kaitan studi filologi yang dikenal sebagai kritik teks.
2) Sastra bandingan dalam hubungannya dengan sastra lisan. Jenis penelitian ini lebih ke arah motif dan atau tema dalam dongeng, cerita rakyat, legenda, dan sejenisnya, serta merunut wilayah penyebaran teks.
3) Sastra bandingan modern, yakni sastra bandingan tulis, baik yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang masih bernama bahasa Melayu maupun yang ditulis dalam bahasa Indonesia.
4) Sastra bandingan interdisipliner artinya menyandingkan karya sastra dengan bidang lain di luar ilmu sastra. Bandingan yang keempat ini sering melahirkan simbiosis mutualisme antara sastra dan bidang lain.
Para sarjana, baik asing maupun Indonesia, telah banyak melakukan studi filologi atas naskah-naskah lama Nusantara (Indonesia). Umumnya perbandingan naskah-naskah yang berupa karya sastra yang berbeda, lalu dicari pertautannya, dan kemudian menemukan naskah induk. Setelah induk naskah ditemukan barulah dilakukan perbaikan serta penganalisisan untuk menentukan latar belakang budaya yang tercermin dalam naskah.
DAFTAR PUSTAKA
- Basnett, Susan. 1993. Comparative: a Critical Introduction. Oxford: Blackwell.
- Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa.
- ______. 2009. Sastra Bandingan: Pengantar Ringkas. Depok: Editum.
- ______. 2011a. Metodologi Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Caps.
- Mahayana, Maman S. 1995a. “Antara Godlob Danarto dan Dajal Manasikana” dalam Kertas Kerja Seminar Kesusasteraan Bandingan dengan Tema Kesusasteraan Melayu dan Kesusasteraan Dunia: Suatu Pertembungan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
- Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.
- Zaidan, Abdul Rozak, Anita K. Rustapa, dan Hani’ah. 2007. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.
0 komentar:
Posting Komentar