Bagaimana Membuat OUTLINE Untuk Menulis Novel? itu adalah pertanyaan yang sering dilontarkan para penulis ketika ingin memulai menulis novel. Ketika ingin memulai menulis, sebaiknya Anda tidak terkungkung oleh struktur, sistematika, metodologi, atau apapun namanya. Bebaskan diri anda, itu yang pertama kali yang perlu dilakukan supaya menulis tidak terikat dan terpenjara dengan aturan. Tulislah apa yang terlintas di pikiran Anda. Mengalir, mengalir begitu saja yang Anda ketahui sampai semuanya tuntas. Jangan dipusingkan oleh urutannya.
Ketika Anda mampu bercerita, cobalah Anda rekam. manfaatkan fitur ponsel yang bisa digunakan untuk merekam. Bisa juga cerita Anda itu ditulis di kertas sampai tuntas. Tidak sulit bukan? Saya yakin dengan kedua cara ini Anda bisa melakukannya. Kedua cara ini adalah untuk memulai menemukan ide dan jalan cerita kasar dari karya yang akan anda buat.
Setelah semua cerita tertulis langkah selanjutnya yaitu menata ulang tulisan Anda sesuai dengan urutan yang Anda inginkan. Bagaimana mengurutkan tulisan? Caranya yaitu baca kembali semua yang sudah Anda tuliskan, kemudian setiap paragraf Anda beri tanda misalnya diberi garis bawah, diberi warna lain, atau dicatat di sebelah kiri atau kanan tulisan, inti dari paragraf tersebut. Setelah semua paragraf Anda temukan intinya, baru Anda urutkan dengan cara memberi nomor unit paragraf atau urutan inti paragraf.
Itulah yang bisa orang sebut outline atau kerangka karangan/tulisan. Jadi ada orang yang ketika ingin menulis membuat kerangka karangan/tulisan terlebih dahulu ini yang bisa orang sebut secara konvensional, tetapi ada juga yang memulai menulis apa saja, baru kemudian menemukan kerangka karangan/tulisan. Ketika sudah menemukan kerangka tulisan inilah, Anda bisa memikirkan mana yang harus didahulukan, mana yang di bagian tengah, dan sebagai penutup. Dengan cara ini proses menulis menjadi begitu mudah. Kita tidak terikat oleh aturan-aturan yang baku yang kadang-kadang justru menghambat kelancaran kita dalam menyelesaikan tulisan.
Proses penulisan yang sederhana dan mudah dilakukan adalah dengan cara menuliskan pembukaan terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan penjelasan awal masalah, dilanjutkan analisis-analisis yang diperlukan, dan terakhir sebagai kesimpulan atau penutup. Anda boleh mencoba cara mana yang menurut Anda cocok. Apakah dengan cara menulis apa saja yang Anda pahami baru diurutkan atau memulai dengan kerangka yang sudah unit baru dikembangkan.
Tapi pada umumnya kerangka tulisan bermanfaat bagi Anda untuk memandu tulisan agar tetap konsisten pada topik dan sudut pandang Anda dan tidak melenceng jauh dari topik.
Pertanyaannya lalu bagaimana membuat outline/kerangka tulisan itu? Sebenamya tidak ada patokan yang baku bagaimana cara membuat kerangka. Anda bisa membuat sesuai dengan selera dan kemampuan Anda yang tentu saja sesuai juga dengan kebutuhan tulisan Anda. Yang penting, outline itu bisa membuat Anda lebih mudah saat mengembangkan dan menyelesaikan tulisan.
Langkah-langkah proses penulisan pada akhirnya tetap sama-sama membuat outline tulisan baik yang konvensional maupun gaya bebas.
Perbedaannya gaya konvensional membuat outline dulu baru dikembangkan dalam bentuk kalimat dan paragraf, sedangkan gaya bebas menulis dulu apa saja yang dikethaui dan mengalir saja, baru setelah semua tertulis, kemudian ditentukan inti kalimatnya dan diurutkan sehingga menjadi outline.
Untuk yang gaya konvensional, outline tersebut dikembangkan tentu saja menjadi kalimat yang runtut dan dalam bentuk paragraf. Inti kalimat bisa ada di awal paragraf, di akhir, atau bisa di awal dan diakhir, bahkan ada juga yang ada di seluruh bagian paragraf. Kadang-kadang setelah outline tersebut dikembangkan, urutan bisa diubah juga.
Membuat outline novel itu penting. Outline akan memudahkan menyelesaikan novel. Meskipun sebagian berpendapat outline terasa membatasi imajinasi. Saat Anda ingin mengubah atau menambahkan cerita, dengan adanya outline justru membuatnya mudah memasukan perubahan itu ke bagian mana. Membuat novel tanpa outline akan terasa mengawang-ngawang. Nah, jangan menganggap membuat outline sebagai beban, tapi pengarah dan sistematika cerita. Terkadang, saat membuat outline penulis menemukan hal-hal baru untuk dimasukan ke dalam cerita. Tapi gaya menulis setiap orang memang berbeda-beda, setiap orang akan menemukan cara terbaik untuk menulis.
Berikut ini adalah sistematika outline untuk novel:
1. Judul novel
2. Genre
3. Segment pembaca
4. Jumlah halaman
5. Waktu penulisan
6. Kelebihan novel ini dibandingkan dengan buku lain
7. Nama Tokoh-tokoh dan deskripsi fisik, juga sifat-sifatnya
8. Sinopsis keseluruhan
9. Daftar isi dan sinopsis per bagian
Selain itu, outline juga membantu penulis untuk memperkirakan lama penulisan sekaligus membagi pengerjaan tiap bab.
Dalam outline, sebaiknya tak hanya dicantumkan nama dan usia tokoh. Melainkan deskripsi fisik dan sifatnya. Sehingga penulis terhindar dari kesalahan karena tokoh-tokohnya tertukar sifat dan kebiasaannya. Ini penting untuk membangun cerita menjadi lebih hidup.
Selain itu, jalan cerita tiap bab pun sebaiknya ditulis dengan lebih detail. Kenapa? Alasannya sama seperti di atas tadi, memudahkan kerja penulis. Semakin detail, semakin baik. Dan itu artinya, writer’s block pun enggan mendekat. Istilahnya, penulis sudah memiliki amunisi yang mumpuni untuk “bertempur”.
Pertanyaan yang sering muncul, bagaimana jika di tengah pengerjaan naskah tiba-tiba ada ide baru yang datang? Sepanjang tidak mengganggu naskah yang sudah ditulis, tidak masalah. Kalau memang ide lain cukup melenceng jauh, lebih baik di simpan untuk dimatangkan menjadi outline yang baru sehingga anda punya karya selanjutnya yang bisa anda garap.
Demikian mengenai Penulisan Outline Untuk Novel, semoga memberikan manfaat. salam nektarity
Ketika Anda mampu bercerita, cobalah Anda rekam. manfaatkan fitur ponsel yang bisa digunakan untuk merekam. Bisa juga cerita Anda itu ditulis di kertas sampai tuntas. Tidak sulit bukan? Saya yakin dengan kedua cara ini Anda bisa melakukannya. Kedua cara ini adalah untuk memulai menemukan ide dan jalan cerita kasar dari karya yang akan anda buat.
Setelah semua cerita tertulis langkah selanjutnya yaitu menata ulang tulisan Anda sesuai dengan urutan yang Anda inginkan. Bagaimana mengurutkan tulisan? Caranya yaitu baca kembali semua yang sudah Anda tuliskan, kemudian setiap paragraf Anda beri tanda misalnya diberi garis bawah, diberi warna lain, atau dicatat di sebelah kiri atau kanan tulisan, inti dari paragraf tersebut. Setelah semua paragraf Anda temukan intinya, baru Anda urutkan dengan cara memberi nomor unit paragraf atau urutan inti paragraf.
Itulah yang bisa orang sebut outline atau kerangka karangan/tulisan. Jadi ada orang yang ketika ingin menulis membuat kerangka karangan/tulisan terlebih dahulu ini yang bisa orang sebut secara konvensional, tetapi ada juga yang memulai menulis apa saja, baru kemudian menemukan kerangka karangan/tulisan. Ketika sudah menemukan kerangka tulisan inilah, Anda bisa memikirkan mana yang harus didahulukan, mana yang di bagian tengah, dan sebagai penutup. Dengan cara ini proses menulis menjadi begitu mudah. Kita tidak terikat oleh aturan-aturan yang baku yang kadang-kadang justru menghambat kelancaran kita dalam menyelesaikan tulisan.
Proses penulisan yang sederhana dan mudah dilakukan adalah dengan cara menuliskan pembukaan terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan penjelasan awal masalah, dilanjutkan analisis-analisis yang diperlukan, dan terakhir sebagai kesimpulan atau penutup. Anda boleh mencoba cara mana yang menurut Anda cocok. Apakah dengan cara menulis apa saja yang Anda pahami baru diurutkan atau memulai dengan kerangka yang sudah unit baru dikembangkan.
Tapi pada umumnya kerangka tulisan bermanfaat bagi Anda untuk memandu tulisan agar tetap konsisten pada topik dan sudut pandang Anda dan tidak melenceng jauh dari topik.
Membuat Outline Untuk Menulis Novel
Pertanyaannya lalu bagaimana membuat outline/kerangka tulisan itu? Sebenamya tidak ada patokan yang baku bagaimana cara membuat kerangka. Anda bisa membuat sesuai dengan selera dan kemampuan Anda yang tentu saja sesuai juga dengan kebutuhan tulisan Anda. Yang penting, outline itu bisa membuat Anda lebih mudah saat mengembangkan dan menyelesaikan tulisan.
Langkah-langkah proses penulisan pada akhirnya tetap sama-sama membuat outline tulisan baik yang konvensional maupun gaya bebas.
Perbedaannya gaya konvensional membuat outline dulu baru dikembangkan dalam bentuk kalimat dan paragraf, sedangkan gaya bebas menulis dulu apa saja yang dikethaui dan mengalir saja, baru setelah semua tertulis, kemudian ditentukan inti kalimatnya dan diurutkan sehingga menjadi outline.
Untuk yang gaya konvensional, outline tersebut dikembangkan tentu saja menjadi kalimat yang runtut dan dalam bentuk paragraf. Inti kalimat bisa ada di awal paragraf, di akhir, atau bisa di awal dan diakhir, bahkan ada juga yang ada di seluruh bagian paragraf. Kadang-kadang setelah outline tersebut dikembangkan, urutan bisa diubah juga.
Membuat outline novel itu penting. Outline akan memudahkan menyelesaikan novel. Meskipun sebagian berpendapat outline terasa membatasi imajinasi. Saat Anda ingin mengubah atau menambahkan cerita, dengan adanya outline justru membuatnya mudah memasukan perubahan itu ke bagian mana. Membuat novel tanpa outline akan terasa mengawang-ngawang. Nah, jangan menganggap membuat outline sebagai beban, tapi pengarah dan sistematika cerita. Terkadang, saat membuat outline penulis menemukan hal-hal baru untuk dimasukan ke dalam cerita. Tapi gaya menulis setiap orang memang berbeda-beda, setiap orang akan menemukan cara terbaik untuk menulis.
Berikut ini adalah sistematika outline untuk novel:
1. Judul novel
2. Genre
3. Segment pembaca
4. Jumlah halaman
5. Waktu penulisan
6. Kelebihan novel ini dibandingkan dengan buku lain
7. Nama Tokoh-tokoh dan deskripsi fisik, juga sifat-sifatnya
8. Sinopsis keseluruhan
9. Daftar isi dan sinopsis per bagian
Selain itu, outline juga membantu penulis untuk memperkirakan lama penulisan sekaligus membagi pengerjaan tiap bab.
Dalam outline, sebaiknya tak hanya dicantumkan nama dan usia tokoh. Melainkan deskripsi fisik dan sifatnya. Sehingga penulis terhindar dari kesalahan karena tokoh-tokohnya tertukar sifat dan kebiasaannya. Ini penting untuk membangun cerita menjadi lebih hidup.
Selain itu, jalan cerita tiap bab pun sebaiknya ditulis dengan lebih detail. Kenapa? Alasannya sama seperti di atas tadi, memudahkan kerja penulis. Semakin detail, semakin baik. Dan itu artinya, writer’s block pun enggan mendekat. Istilahnya, penulis sudah memiliki amunisi yang mumpuni untuk “bertempur”.
Pertanyaan yang sering muncul, bagaimana jika di tengah pengerjaan naskah tiba-tiba ada ide baru yang datang? Sepanjang tidak mengganggu naskah yang sudah ditulis, tidak masalah. Kalau memang ide lain cukup melenceng jauh, lebih baik di simpan untuk dimatangkan menjadi outline yang baru sehingga anda punya karya selanjutnya yang bisa anda garap.
Baca Juga Tips Menulis yang Baik
Demikian mengenai Penulisan Outline Untuk Novel, semoga memberikan manfaat. salam nektarity
0 komentar:
Posting Komentar