Penulis sastra memanfaatkan alam dengan segenap isi dan pasang surut kehidupan manusia menjadi sumber ide yang tak pernah kering. Dalam khazanah sastra, ketulusan hubungan cinta pria-wanita telah mengilhami sastrawan Cina untuk menuliskan episode Sam Pek-Ing Tay, dari Inggris roman Romeo and Yuliet menjadi karya legendaris Shakespeare yang mampu menembus batas ruang, waktu, dan struktur; dari India, kisah klasik Rama dan Sinta memberi pengaruh dahsyat terhadap pandangan hubungan pria wanita, khususnya pada bangsa Asia Tengah dan Tenggara.
Kekuatan apakah yang terdapat dalam karya sastra, sehingga memberikan pengaruh yang luas pada manusia? Dalam sastra terdapat interpretasi pengarang terhadap kehidupan yang mahaluas. Interpretasi pengarang berpijak pada ketulusan, kejujuran, dan kebenaran; yang maknanya seringkali menjadi samar-samar dalam realitas kehidupan, justru dipertahankan oleh penulis sastra. Sastra menjadi sebuah institusi yang masih memberi harapan bagi manusia untuk berbicara tentang realitas kehidupan yang hakiki. Realitas yang tidak berpijak pada gejala tampak, tetapi pada makna dari gejala yang tampak. Proses interpretasi membebaskan pengarang dari tekanan-tekanan emosi sehingga diperoleh penjernihan batin (katarsis).
Karya sastra sebagai alat ekspresi membuka peluang terbentuknya pribadi yang kreatif. Pribadi yang kreatif ditandai oleh sejumlah ciri, yakni:
(1) memiliki sikap yang terbuka terhadap berbagai pengalaman baru, memiliki minat yang luas, dan responsif terhadap alfternatif baru;
(2) memiliki fleksibilitas dalam berpikir atau memilih berbagai pendekatan dalam memecahkan masalah dengan tanpa mengabaikan tujuannya;
(3) memiliki sikap terbuka atau bebas dalam mengemukakan pendapat
(4) memiliki kemampuan berimajinasi yang kuat untuk mencari alternatif baru;
(5) memiliki perhatian terhadap kegiatan yang berhubungan dengan proses penciptaan;
(6) memiliki keteguhan dalam menymapaikan pendapat atau pandangan;
(7) memiliki sikap yang mandiri dalam mengmabil keputusan.
Penulis sastra melibatkan pembaca untuk memasuki sebuah model kehidupan yang dibangun secara kreatif. Penulis membangun sebuah wilayah budaya hasil interpretasi dari dunia di sekitarnya. Wilayah budaya tersebut ditampilkan dengan mengolah wacana sastra yang mampu membuka selubung realitas kehidupan dan memasuki wilayah makna yang sesungguhnya dengan menampilkan peristiwa, tokoh, setting, dan semangat kemanusiaan yang menjadi oase bagi pengembara kerohanian, sehingga membuka peluang untuk perenungan -persoalan mendasar tentang manusia dan manusiaan.
Apabila seseorang sudah berkeputusan untuk memilih dunia penulisan sebagai media ekspresi, tugas awal yang harus segera dikerjakannya adalah mengenali diri sendiri. Pengenalan diri sendiri bertujuan untuk memahami potensi diri yang behubungan dengan prinsip-prinsip, cita-cita, obsesi, harapan, lingkungan, pengetahuan, dan kuantitas serta kualitas pengalaman hidup. Pemahaman terhadap diri sendiri merupakan landasan untuk menemukan perspektif dalam penulisan. Lazimnya setiap pribadi memiliki kecenderungan perspektif penulisan yang besifat personal, misalnya perspektif keagamaan, kemanusiaan, sosial, dan budaya.
Sumber pustaka:
Abrams, M.H. 1981. A Glossary of Literary Terms. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Aminuddin, 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung/Malang: Kerjasama Sinar Baru dengan YA3.
Atmowiloto, A. 1987. Mengarang Itu Gampang. Jakarta: PT Gramedia.
Eneste, P. 1984. Proses Kreatif II. Jakarta: PT Gramedia.
Kekuatan apakah yang terdapat dalam karya sastra, sehingga memberikan pengaruh yang luas pada manusia? Dalam sastra terdapat interpretasi pengarang terhadap kehidupan yang mahaluas. Interpretasi pengarang berpijak pada ketulusan, kejujuran, dan kebenaran; yang maknanya seringkali menjadi samar-samar dalam realitas kehidupan, justru dipertahankan oleh penulis sastra. Sastra menjadi sebuah institusi yang masih memberi harapan bagi manusia untuk berbicara tentang realitas kehidupan yang hakiki. Realitas yang tidak berpijak pada gejala tampak, tetapi pada makna dari gejala yang tampak. Proses interpretasi membebaskan pengarang dari tekanan-tekanan emosi sehingga diperoleh penjernihan batin (katarsis).
Karya sastra sebagai alat ekspresi membuka peluang terbentuknya pribadi yang kreatif. Pribadi yang kreatif ditandai oleh sejumlah ciri, yakni:
(1) memiliki sikap yang terbuka terhadap berbagai pengalaman baru, memiliki minat yang luas, dan responsif terhadap alfternatif baru;
(2) memiliki fleksibilitas dalam berpikir atau memilih berbagai pendekatan dalam memecahkan masalah dengan tanpa mengabaikan tujuannya;
(3) memiliki sikap terbuka atau bebas dalam mengemukakan pendapat
(4) memiliki kemampuan berimajinasi yang kuat untuk mencari alternatif baru;
(5) memiliki perhatian terhadap kegiatan yang berhubungan dengan proses penciptaan;
(6) memiliki keteguhan dalam menymapaikan pendapat atau pandangan;
(7) memiliki sikap yang mandiri dalam mengmabil keputusan.
Penulis sastra melibatkan pembaca untuk memasuki sebuah model kehidupan yang dibangun secara kreatif. Penulis membangun sebuah wilayah budaya hasil interpretasi dari dunia di sekitarnya. Wilayah budaya tersebut ditampilkan dengan mengolah wacana sastra yang mampu membuka selubung realitas kehidupan dan memasuki wilayah makna yang sesungguhnya dengan menampilkan peristiwa, tokoh, setting, dan semangat kemanusiaan yang menjadi oase bagi pengembara kerohanian, sehingga membuka peluang untuk perenungan -persoalan mendasar tentang manusia dan manusiaan.
Apabila seseorang sudah berkeputusan untuk memilih dunia penulisan sebagai media ekspresi, tugas awal yang harus segera dikerjakannya adalah mengenali diri sendiri. Pengenalan diri sendiri bertujuan untuk memahami potensi diri yang behubungan dengan prinsip-prinsip, cita-cita, obsesi, harapan, lingkungan, pengetahuan, dan kuantitas serta kualitas pengalaman hidup. Pemahaman terhadap diri sendiri merupakan landasan untuk menemukan perspektif dalam penulisan. Lazimnya setiap pribadi memiliki kecenderungan perspektif penulisan yang besifat personal, misalnya perspektif keagamaan, kemanusiaan, sosial, dan budaya.
Baca Juga Karya Sastra Kontemporer
Sumber pustaka:
Abrams, M.H. 1981. A Glossary of Literary Terms. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Aminuddin, 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung/Malang: Kerjasama Sinar Baru dengan YA3.
Atmowiloto, A. 1987. Mengarang Itu Gampang. Jakarta: PT Gramedia.
Eneste, P. 1984. Proses Kreatif II. Jakarta: PT Gramedia.
1 komentar:
padahal semua kejadian yg kita alami dan temui di setiap langkah bisa menjadi inspirasi #apalagi kklo jth cinta atau patah hati wkwkwkw
Posting Komentar