Sesuai dengan namanya, cerpen adalah akronim dari cerita pendek. Cerita yang diusung dalam cerpen adalah cerita rekaan (fiksi). Unsur cerita dalam cerpen sangat kental dengan adanya perwatakan jelas dan tokoh cerita. Pendek berarti cerita tersebut dari segi jumlah kata sangat sedikit sehingga akan segera habis dibaca sekali duduk.
Keberadaan unsur perwatakan ini lebih dominan dibanding dengan unsur cerita itu sendiri. Hal ini berbeda dengan novel, bahwa unsur perwatakan dan jalan cerita berada dalam keseimbangan, yaitu sama-sama pentingnya. Dalam novel, jalan cerita dan perwatakan dikemas secara seimbang dengan bahasa yang luas serta lengkap, agar pembaca benar-benar merasakan seperti apa yang terjadi sebenarnya dalam cerita.
Cerpen merupakan cerita pendek yang memiliki jalan cerita peristiwa lebih padat. Karena jalan peristiwa dalam cerpen lebih padat sehingga berimplikasi pada formalitas bentuk, yaitu penulisan cerita yang tidak terlalu panjang. Oleh karenanya, cerpen biasanya akan selesai dibaca dengan sekali duduk. Meskipun jalan cerita dikemas secara padat namun keutuhan cerita mulai dari tema, tokoh, karakter, alur, latar, dan amanat cerita tetap ada.
Cerpen merupakan prosa fiksi (rekaan) yang memiliki cakupan panjang tulisan diantara cerpen pendek dan cerpen panjang. cerpen merupakan tulisan berbentuk prosa naratif (karangan bebas narasi) yang berisi cerita khayal/fiksi dan disajikan secara ringkas. Kadar panjang tulisan dalam cerpen berkisar antara cerpen pendek dan cerpen panjang. Yakni, jika cerpen pendek terdiri atas kira-kira 500 kata, sedangkan cerpen panjang terdiri atas 12.000 sampai 15.000 kata. Meskipun dalam cerpen mengalami perkembangan bentuk dari segi penulisan, pada cerpen tetap ditemukan kesatuan unsur fiksi yaitu alur cerita, amanat, tema, karakter, nada, suasana, bahkan pada gaya penulisan.
Cerpen juga berbeda dengan novel. Cerpen mengisahkan unsur-unsur fiksi dengan bahasa yang singkat. Sedangkan novel cenderung untuk mengungkapkan karakter melalui suatu rangkaian bahasa yang panjang yang dilukiskan penuh dengan tindakan/perilaku atau perasaan di bawah tekanan, dengan ukuran tujuan cerita terpenuhi ketika pembaca mengenali suatu karakter tokoh secara benar-benar alami (atau kadang-kadang juga sebuah situasi yang begitu terasa benar-benar alami). Oleh karena itu, secara tidak disadari penulisan karakterisasi dan alur cerita pada roman/novel dengan sendirinya memerlukan bahasa yang panjang dan mendetail.
Berdasar pendapat di atas dapat dibuat simpulan bahwa cerpen adalah sebuah karya sastra berbentuk prosa naratif (karangan bebas narasi) yang berisi cerita khayal/fiksi dan disajikan secara ringkas dengan kisaran panjang tulisan antara 1.675 – 2.345 kata. Unsur perwatakan dalam cerpen sangat menonjol, namun unsur cerita yang lain seperti tema cerita, tokoh cerita, karakter tokoh, alur cerita , latar tempat, latar waktu, latar suasana, sudut pandang pngarang, dan amanat cerita tetap ada dan merupakan satu kesatuan yang utuh.
Novel dan cerpen merupakan sama-sama prosa fiksi, oleh karenanya novel dan cerpen memiliki unsur pembangun yang sama. Hanya saja unsur pembangun sebuah novel secara umum dapat dikatakan lebih rinci dan kompleks apabila dibandingkan dengan unsur-unsur cerpen.
Plot dalam cerpen umumnya bersifat tunggal. Artinya hanya terdiri dari satu urutan peristiwa saja yang diikuti sampai cerita berakhir. Urutan peristiwa dapat dimulai dari mana saja, misalnya dari konflik yang ada. Jadi, plot dalam cerpen tidak harus diawali dengan tahap perkenalan para tokoh cerita. Seandainya ada unsur perkenalan tokoh cerita, biasanya tidak berkepanjangan. Sebagai akibat plot bersifat tunggal maka konflik yang dibangun dan klimaks yang diperoleh pun, biasanya bersifat tunggal.
Tema memiliki ragam yang berbeda antara tema-tema tradisional dengan tema modern. Tema tradisional biasa mengangkat tentang kebaikan mengalahkan kejahatan, atau tema tentang ketuhanan sebagai tumpuan di kala kesusahan. Namun pada tema modern cenderung menantang hal-hal yang bersift tradisional, seperti seorang penipu yang hidup mewah, atau kesulitan hidup para orang-orang yang jujur.
Cerpen hanya berisi satu tema, karena ceritanya pendek. Hal itu berkaitan dengan keadaan plot yang tunggal dan pelaku yang terbatas. Dalam cerpen tidak terdapat tema utama dan tema-tema tambahan, layaknya sebuah novel. Karena dalam novel terdapat plot utama dan sub-plot.
Tokoh cerita yang terlibat dalam cerpen jumlahnya terbatas. Tokoh utama dalam cerpen juga sangat terbatas. Penggambaran yang menyangkut tokoh seperti data-data jati diri tokoh, rupa, watak, hobbi, kebiasaan, cita-cita, dan lain-lain khususnya yang berkaitan dengan perwatakan tidak begitu banyak. Sehingga pembaca harus merekonstruksi sendiri gambaran yang lebih lengkap tentang tokoh.
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya sebuah peristiwa dalam sebuah cerita fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan adakalanya berupa nama tempat tertentu, inisial tertentu, mungkin juga lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Nama tempat tersebut dapat berupa nama wilayah (desa, kecamatan, kota) atau nama geografis (pantai, gunung, ngarai, lembah, dll.).
Latar waktu biasanya berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita fiksi. Waktuyang dimaksudkan dapat berupa waktu faktual yang bisa dikaitkan dengan peristiwa sejarah atau suatu masa tertentu. Berdasarkan waktu yang dituangkan dalam cerita fiksi tersebut seorang pembaca akan mencoba masuk dalam suasana cerita.
Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan keadaan dan perilaku sosial yang ada pada masyarakat tertentu yang disebutkan dalam cerita fiksi. Keadaan sosial tersebut dapat berupa kebiasaan hidup, keyakinan, pandangan hidup, tradisi, adat istiadat, dan lain-lain. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial kehidupan para tokoh dalam cerita, seperti status sosial yang rendah, menengah, atau atas.
Pelukisan latar dalam cerpen tidak memerlukan detil-detil khusus, seperti menyangkut keadaan tempat dan sosial. Berbeda dengan pelukisan latar dalam novel yang memerlukan penguaraian yang lebih rinci. Latar dalam cerpen hanya dilukiskan secara garis besar saja, bahkan secara implisit, asalkan dapat menggambarkan tempat dan suasana yang dimaksudkan.
Sudut pandang cerita secara garis besar terdapat dua macam: persona pertama atau first person, gaya penisahan “aku”, dan persona ketiga atau third person, yaitu gaya pngisahan “dia”. Dari dua macam sudut pandang tersebut beserta variasinya, sebuah cerita dapat dikisahkan. Penggunaan masing-masing sudut pandang pengisahan tersebut memiliki konsekuensi sendiri-sendiri. Pengisahan dengan gaya “aku” lebih mengena jika digunakan untuk melukiskan segi kehidupan batin manusia yang paling dalam dan rahasia. Sedangkan pengisahan dengan gaya “dia” lebih sesuai digunakan untuk menceritakan berbagai peristiwa fisik, aksi, sifat luaran yang dapat diindera, kondisi batin berupa pikiran dan perasaan.
Demikian Mengenai Hakikat Cerpen dan Unsur-Unsur Cerpen. Semoga bermanfaat.
Referensi Pustaka:
Putu Arya Tirtawirya. 1983. Apresiasi Puisi dan Prosa. Flores: Ende.
Burhan Nurgiyantoro. 2010a. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Haris Effendi Thahar. 2008. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa
Keberadaan unsur perwatakan ini lebih dominan dibanding dengan unsur cerita itu sendiri. Hal ini berbeda dengan novel, bahwa unsur perwatakan dan jalan cerita berada dalam keseimbangan, yaitu sama-sama pentingnya. Dalam novel, jalan cerita dan perwatakan dikemas secara seimbang dengan bahasa yang luas serta lengkap, agar pembaca benar-benar merasakan seperti apa yang terjadi sebenarnya dalam cerita.
Cerpen merupakan cerita pendek yang memiliki jalan cerita peristiwa lebih padat. Karena jalan peristiwa dalam cerpen lebih padat sehingga berimplikasi pada formalitas bentuk, yaitu penulisan cerita yang tidak terlalu panjang. Oleh karenanya, cerpen biasanya akan selesai dibaca dengan sekali duduk. Meskipun jalan cerita dikemas secara padat namun keutuhan cerita mulai dari tema, tokoh, karakter, alur, latar, dan amanat cerita tetap ada.
Cerpen merupakan prosa fiksi (rekaan) yang memiliki cakupan panjang tulisan diantara cerpen pendek dan cerpen panjang. cerpen merupakan tulisan berbentuk prosa naratif (karangan bebas narasi) yang berisi cerita khayal/fiksi dan disajikan secara ringkas. Kadar panjang tulisan dalam cerpen berkisar antara cerpen pendek dan cerpen panjang. Yakni, jika cerpen pendek terdiri atas kira-kira 500 kata, sedangkan cerpen panjang terdiri atas 12.000 sampai 15.000 kata. Meskipun dalam cerpen mengalami perkembangan bentuk dari segi penulisan, pada cerpen tetap ditemukan kesatuan unsur fiksi yaitu alur cerita, amanat, tema, karakter, nada, suasana, bahkan pada gaya penulisan.
Cerpen juga berbeda dengan novel. Cerpen mengisahkan unsur-unsur fiksi dengan bahasa yang singkat. Sedangkan novel cenderung untuk mengungkapkan karakter melalui suatu rangkaian bahasa yang panjang yang dilukiskan penuh dengan tindakan/perilaku atau perasaan di bawah tekanan, dengan ukuran tujuan cerita terpenuhi ketika pembaca mengenali suatu karakter tokoh secara benar-benar alami (atau kadang-kadang juga sebuah situasi yang begitu terasa benar-benar alami). Oleh karena itu, secara tidak disadari penulisan karakterisasi dan alur cerita pada roman/novel dengan sendirinya memerlukan bahasa yang panjang dan mendetail.
Berdasar pendapat di atas dapat dibuat simpulan bahwa cerpen adalah sebuah karya sastra berbentuk prosa naratif (karangan bebas narasi) yang berisi cerita khayal/fiksi dan disajikan secara ringkas dengan kisaran panjang tulisan antara 1.675 – 2.345 kata. Unsur perwatakan dalam cerpen sangat menonjol, namun unsur cerita yang lain seperti tema cerita, tokoh cerita, karakter tokoh, alur cerita , latar tempat, latar waktu, latar suasana, sudut pandang pngarang, dan amanat cerita tetap ada dan merupakan satu kesatuan yang utuh.
Novel dan cerpen merupakan sama-sama prosa fiksi, oleh karenanya novel dan cerpen memiliki unsur pembangun yang sama. Hanya saja unsur pembangun sebuah novel secara umum dapat dikatakan lebih rinci dan kompleks apabila dibandingkan dengan unsur-unsur cerpen.
Unsur-unsur Pembangun Cerpen
Plot
Plot memiliki makna struktur gerak. Artinya suatu fiksi haruslah bergerak dari permulaan, kemudian melewati pertengahan, dan selesai pada akhir cerita. Pemisahan bagian plot tersebut sering disebut eksposisi, komplikasi, dan resolusi. Titik diantara komplikasi dan resolusi biasa disebut klimaks. Dalam cerita biasanya dibagi menjadi 5 bagian, yaitu:- Situation (pengarang mulai melukiskan suatu keadaan);
- Generating circumstances (peristiwa yang bersangkut-paut mulai bergerak);
- Rising action (keadaan mulai memuncak);
- Climax (peristiwa-peristiwa mencapai klimaks);
- Denouement (pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa)
Plot dalam cerpen umumnya bersifat tunggal. Artinya hanya terdiri dari satu urutan peristiwa saja yang diikuti sampai cerita berakhir. Urutan peristiwa dapat dimulai dari mana saja, misalnya dari konflik yang ada. Jadi, plot dalam cerpen tidak harus diawali dengan tahap perkenalan para tokoh cerita. Seandainya ada unsur perkenalan tokoh cerita, biasanya tidak berkepanjangan. Sebagai akibat plot bersifat tunggal maka konflik yang dibangun dan klimaks yang diperoleh pun, biasanya bersifat tunggal.
Baca juga Pengertian Alur atau Plot
Tema
Tema merupakan hal yang penting dalam sebuah cerita. Tema adalah dasar atau makna sesuatu cerita atau novel. Dijelaskan lebih lanjut bahwa tema adalah pandangan hidup tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu, yang membangun dasar atau ide utama suatu karya sastra. Jadi tema merupakan unsur yang harus ada dlam sebuah cerita, karena tema menjadi pijakan dalam penceritaan.Tema memiliki ragam yang berbeda antara tema-tema tradisional dengan tema modern. Tema tradisional biasa mengangkat tentang kebaikan mengalahkan kejahatan, atau tema tentang ketuhanan sebagai tumpuan di kala kesusahan. Namun pada tema modern cenderung menantang hal-hal yang bersift tradisional, seperti seorang penipu yang hidup mewah, atau kesulitan hidup para orang-orang yang jujur.
Cerpen hanya berisi satu tema, karena ceritanya pendek. Hal itu berkaitan dengan keadaan plot yang tunggal dan pelaku yang terbatas. Dalam cerpen tidak terdapat tema utama dan tema-tema tambahan, layaknya sebuah novel. Karena dalam novel terdapat plot utama dan sub-plot.
Penokohan
Penokohan dalam suatu karya fiksi digunakan untuk menggambarkan rupa dan watak para tokoh cerita. Dengan demikian penulis dituntut untuk dapat menyuguhkan tokoh dengan segala wataknya. Ada beberapa cara yang dapat digunakan oleh penulis dalam menggambarkan rupa, watak, dan pribadi tokoh cerita, antara lain:- Phisical description (melukiskan bentuk lahir dari pelakon);
- Portrayal of thought stream or of concious thought (melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang melintas dalam pikirannya);
- Reaction to events (melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap kejadian-kejadian);
- Dyrect author analysis (pengarang dengan langsung menganalisis watak pelakon);
- Discussion of environment (pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon);
- Reaction of other to character (pengarang melukiskan bagaimana pandangan-pandanagn pelakon-pelakon lain dalam suatu cerita terhadap pelakon utama ini);
- Conversation of other abaout character (pelakon-pelakon lainnya dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan pelakom utama)
Tokoh cerita yang terlibat dalam cerpen jumlahnya terbatas. Tokoh utama dalam cerpen juga sangat terbatas. Penggambaran yang menyangkut tokoh seperti data-data jati diri tokoh, rupa, watak, hobbi, kebiasaan, cita-cita, dan lain-lain khususnya yang berkaitan dengan perwatakan tidak begitu banyak. Sehingga pembaca harus merekonstruksi sendiri gambaran yang lebih lengkap tentang tokoh.
Baca lengkap pembahasan Jenis-Jenis Penokohan.
Latar
Latar biasa disebut dengan istilah setting. Latar erat kaitannya dengan sesuatu yang menjadi latar belakang sebuah cerita. Batasan bahwa latar adalah latar belakang fisik, unsur tempat dan ruang dalam suatu cerita. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial.Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya sebuah peristiwa dalam sebuah cerita fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan adakalanya berupa nama tempat tertentu, inisial tertentu, mungkin juga lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Nama tempat tersebut dapat berupa nama wilayah (desa, kecamatan, kota) atau nama geografis (pantai, gunung, ngarai, lembah, dll.).
Latar waktu biasanya berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita fiksi. Waktuyang dimaksudkan dapat berupa waktu faktual yang bisa dikaitkan dengan peristiwa sejarah atau suatu masa tertentu. Berdasarkan waktu yang dituangkan dalam cerita fiksi tersebut seorang pembaca akan mencoba masuk dalam suasana cerita.
Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan keadaan dan perilaku sosial yang ada pada masyarakat tertentu yang disebutkan dalam cerita fiksi. Keadaan sosial tersebut dapat berupa kebiasaan hidup, keyakinan, pandangan hidup, tradisi, adat istiadat, dan lain-lain. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial kehidupan para tokoh dalam cerita, seperti status sosial yang rendah, menengah, atau atas.
Pelukisan latar dalam cerpen tidak memerlukan detil-detil khusus, seperti menyangkut keadaan tempat dan sosial. Berbeda dengan pelukisan latar dalam novel yang memerlukan penguaraian yang lebih rinci. Latar dalam cerpen hanya dilukiskan secara garis besar saja, bahkan secara implisit, asalkan dapat menggambarkan tempat dan suasana yang dimaksudkan.
Baca Juga Tentang Setting atau Latar.
Kepaduan
Prinsip kepaduan dalam cerpen sama dengan kepaduan dalam novel. Maksudnya, segala sesuatu yang diceritakan dalam cerpen memiliki sifat dan fungsi mendukung tema utama. Penampilan berbagai peristiwa dalam plot harus saling berkaitan secara logika, meskipun tidak urut secara kronologis.Sudut pandang
Selain kelima unsur pembangun cerpen seperti diungkapkan diatas, terdapat juga unsur fiksi yang lain yaitu penyudutpandangan atau point of view. Sudut pandang merupakan cara sebuah cerita dikisahkan. Sudut pandang merupakan sarana pengarang untuk mengisahkan unsur-unsur pembangun cerita yakni tokoh, tindakan, latar, dan peristiwa. Sudut pandang dapat juga biasa disebut dengan istilah pusat pengisahan.Sudut pandang cerita secara garis besar terdapat dua macam: persona pertama atau first person, gaya penisahan “aku”, dan persona ketiga atau third person, yaitu gaya pngisahan “dia”. Dari dua macam sudut pandang tersebut beserta variasinya, sebuah cerita dapat dikisahkan. Penggunaan masing-masing sudut pandang pengisahan tersebut memiliki konsekuensi sendiri-sendiri. Pengisahan dengan gaya “aku” lebih mengena jika digunakan untuk melukiskan segi kehidupan batin manusia yang paling dalam dan rahasia. Sedangkan pengisahan dengan gaya “dia” lebih sesuai digunakan untuk menceritakan berbagai peristiwa fisik, aksi, sifat luaran yang dapat diindera, kondisi batin berupa pikiran dan perasaan.
Demikian Mengenai Hakikat Cerpen dan Unsur-Unsur Cerpen. Semoga bermanfaat.
Referensi Pustaka:
Putu Arya Tirtawirya. 1983. Apresiasi Puisi dan Prosa. Flores: Ende.
Burhan Nurgiyantoro. 2010a. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Haris Effendi Thahar. 2008. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa
0 komentar:
Posting Komentar