Komunitas Penulis - TIPS dan CARA MENULIS ARTIKEL ILMIAH POPULER - Setelah sebelumnya kita membahas mengenai Jenis-jenis Artikel, banyak yang menanyakan tentang: Bagaimana sih cara menulis artikel ilmiah populer? Apa kiat untuk menembus media massa? Mengapa artikel saya seringkali ditolak?dan pertanyaan lain yang hampir serupa.
Mari kita kupas bersama. Yang pertama menurut saya, biasanya dalam membuat artikel awalnya analisisnya terlalu "dangkal", benarkah demikian artikel yang kita buat? atau karena bahasanya terlalu "ilmiah" sehingga sulit dipahami oleh masyarakat yang awam akan bidang tulisan tersebut. Maka perlulah kita melihat apa saja tips menulis artikel ilmiah populer sehingga mengetahui poin-poin penting dalam kepenulisannya.
Kiat hangat-hangat tahi ayam nampaknya tidak laku untuk "ketrampilan" menulis, terlebih menulis artikel ilmiah populer. Bagi seorang pemula, memulai untuk menulis merupakan hal yang sulit.
Namun, kalau menulis surat kepada pacar kok bisa lancar bahkan sampai berlembar-lembar?
Kegiatan menulis ibarat menciptakan suatu kebiasaan baru. Bagi Anda yang tidak biasa merokok, apabila Anda tiap hari menghisap satu batang rokok, dapat dipastikan dalam tempo satu bulan Anda sudah menjadi perokok. Demikian juga menulis.
Menulis artikel ilmiah populer agak berbeda dengan menulis berita atau cerpen. Menulis artikel menuntut tidak hanya pemahaman akan masalah atau topik yang dibahas, namun juga cara pengungkapannya melalui bahasa ilmiah yang pas dengan selera pop. "Ia" akan menjadi gampang kalau kita sudah terbiasa melakukannya tetapi akan menjadi sulit bagi yang tidak tahu kiat dan teknik menulis artikel ilmiah populer.
Pertanyaannya kini:
Yang pertama adalah memilih topik yang mau kita tulis. Yang namanya "topik" itu bisa kita cari di mana-mana. Bisa dari membaca surat kabar, membaca buku, ngobrol dengan teman di warteg, diskusi dalam forum resmi, seminar, atau mengamati keadaan suatu masyarakat.
Nah, kalau Anda sudah menangkap binatang yang namanya "topik" itu, mulailah menuangkannya dalam tulisan. Untuk pemula biasanya diperlukan menulis outline atau GBHN (Garis-garis Besar Haluan Nulis) mengenai apa yang mau kita tulis. Ini menyangkut: pendahuluan, uraian masalah, analisis masalah, solusi atau alternatif pemecahan masalah. Outline akan sangat membantu agar tulisan kita sistematis. Sistematika akan memudahkan pembaca untuk memahami ide-ide yang kita tulis. Bagi penulis, sistematika juga akan memperlancar aliran ide yang hendak ditulisnya.
Menyusun pendahuluan dalam artikel ilmiah populer dapat menggunakan beberapa teknik.
Yang pertama, bisa berupa kejadian atau isu paling aktual saat ini. Atau bisa juga berupa pernyataan seorang pejabat/tokoh yang barangkali menarik untuk dikaji lebih dalam esensi dan implikasinya. Yang penting di sini, pendahuluan harus mampu menarik minat pembaca untuk membaca lebih lanjut.
Setelah pendahuluan, Anda dapat langsung menukik pada inti masalah sekaligus analisis masalahnya. Penganalisaan masalah terserah penulis: apakah hanya bersifat informatif ataukah menyajikan suatu alternatif pikiran, ataukah solusi, atukah hanya menggugah aspek kepedulian pembaca? Tentu pada tahap ini pemahaman mengenai berbagai aspek dari masalah yang ditulis menjadi syarat mutlak. Untuk itu peranan data, teori, fakta, atau bahkan intuisi sangat dibutuhkan.
Tahap selanjutnya adalah editing. Tidak jarang tulisan yang menarik dan bagus dari sisi ilmiah tidak dapat dimuat oleh Redaksi. Ini pada gilirannya menghendaki penggunaan bahasa ilmiah yang populer. Artinya secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan, sekaligus enak dibaca dan perlu. Karena itu pengeditan sangat membantu. Pengeditan akan semakin menyempurnakan bahasa yang kita gunakan. Anda bisa minta bantuan kepada rekan atau dosen Anda yang telah biasa menulis di media massa untuk tahap pengeditan ini. Atau kalau artikel tersebut ditujukan untuk konsumsi surat kabar, Anda bisa meminta adik Anda yang masih SMA untuk membacanya. Yang terakhir ini barangkali aneh. Namun, percayalah, konsumen utama surat kabar adalah masyarakat awam yang rata-rata pendidikannya SMA.
Yang layak dicatat pada tahap editing adalah jumlah halaman dari artikel yang Anda tulis. Untuk konsumsi surat kabar, maksimum halaman berkisar antara 7-10 halaman, dengan asumsi diketik 2 spasi. Untuk konsumsi majalah atau jurnal, lebih longgar, bisa antara 15-40 halaman. Oleh karena itu, menulis di surat kabar diperlukan bahasa yang singkat, padat dan berisi. Kajiannya jangan terlalu ilmiah, namun jangan terlalu dangkal.
Bila Anda menulis untuk majalah atau jurnal ilmiah, analisis Anda dimungkinkan untuk lebih teknis, lebih banyak data dan teori. Di sini Anda dapat lebih berkreasi dan lebih dalam lagi untuk menganalisis suatu masalah.
Tahap selanjutnya adalah tentu dengan mengirimkannya ke media massa. Dalam surat pengantar kepada Redaksi, Anda dapat melampirkan riwayat hidup singkat maupun status Anda saat ini. Pengalaman menunjukkan, Redaksi amat menghargai apabila kita sudah mempunyai pengalaman menulis atau pernah terlibat dalam dunia pers. Pengalaman menulis di pers kampus seperti majalah Ekonomika, Keadilan, Equlibrium, Balairung dapat dijadikan referensi. Apalagi kalau Anda pernah menjadi sebagai staf redaksi atau bahkan pemimpin redaksi suatu media.
Tahap terakhir tinggal menunggu lampau hijau dari Redaksi apakah memuat tulisan kita atau tidak. Ini membutuhkan waktu yang berkisar dari sehari hingga 3 bulan; tergantung kepada media mana Anda mengirim artikel. Untuk harian biasanya tenggang waktu menunggu berita pemuatan lebih cepat dibanding majalah atau jurnal ilmiah. Untuk surat kabar atau majalah berkaliber nasional, biasanya Redaksi secara otomatis akan mengirim kembali artikel Anda apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dimuat dengan disertai alasan tidak layak muatnya. Untuk majalah atau jurnal ilmiah yang terbitnya bulanan atau triwulanan, Redaksi biasanya mengabarkan bahwa artikel yang kita kirim akan dimuat pada edisi tertentu.
Jangan putus asa jika artikel Anda ditolak Redaksi. Anda dapat menyempurnakannya, dan kemudian mengirimkannya ke media lain. Tetapi ingat, jangan mengirim ke media lain sebelum ada pernyataan resmi (tertulis) dari Redaksi bahwa mereka menolak artikel kita.
Demikian Cara menulis artikel . Tidak ada kata terlambat untuk belajar.
Mari kita kupas bersama. Yang pertama menurut saya, biasanya dalam membuat artikel awalnya analisisnya terlalu "dangkal", benarkah demikian artikel yang kita buat? atau karena bahasanya terlalu "ilmiah" sehingga sulit dipahami oleh masyarakat yang awam akan bidang tulisan tersebut. Maka perlulah kita melihat apa saja tips menulis artikel ilmiah populer sehingga mengetahui poin-poin penting dalam kepenulisannya.
Kiat hangat-hangat tahi ayam nampaknya tidak laku untuk "ketrampilan" menulis, terlebih menulis artikel ilmiah populer. Bagi seorang pemula, memulai untuk menulis merupakan hal yang sulit.
Namun, kalau menulis surat kepada pacar kok bisa lancar bahkan sampai berlembar-lembar?
Kegiatan menulis ibarat menciptakan suatu kebiasaan baru. Bagi Anda yang tidak biasa merokok, apabila Anda tiap hari menghisap satu batang rokok, dapat dipastikan dalam tempo satu bulan Anda sudah menjadi perokok. Demikian juga menulis.
"Witing biso jalaran saka kulino"
Artinya Anda akan bisa menulis apabila Anda sudah membiasakan diri (atau "memaksakan" diri untuk pemula) untuk menulis. Tentu saja untuk menjadi seorang penulis yang baik dibutuhkan pemahaman akan teknik menulis. Seorang Maradona pun, belajar bagaimana teknik menendang dan mengolah bola yang efektif.TIPS MENULIS ARTIKEL ILMIAH POPULER
Menulis artikel ilmiah populer agak berbeda dengan menulis berita atau cerpen. Menulis artikel menuntut tidak hanya pemahaman akan masalah atau topik yang dibahas, namun juga cara pengungkapannya melalui bahasa ilmiah yang pas dengan selera pop. "Ia" akan menjadi gampang kalau kita sudah terbiasa melakukannya tetapi akan menjadi sulit bagi yang tidak tahu kiat dan teknik menulis artikel ilmiah populer.
Pertanyaannya kini:
"bagaimana kiat dan tahapan menulis artikel ilmiah populer?"
Yang pertama adalah memilih topik yang mau kita tulis. Yang namanya "topik" itu bisa kita cari di mana-mana. Bisa dari membaca surat kabar, membaca buku, ngobrol dengan teman di warteg, diskusi dalam forum resmi, seminar, atau mengamati keadaan suatu masyarakat.
Nah, kalau Anda sudah menangkap binatang yang namanya "topik" itu, mulailah menuangkannya dalam tulisan. Untuk pemula biasanya diperlukan menulis outline atau GBHN (Garis-garis Besar Haluan Nulis) mengenai apa yang mau kita tulis. Ini menyangkut: pendahuluan, uraian masalah, analisis masalah, solusi atau alternatif pemecahan masalah. Outline akan sangat membantu agar tulisan kita sistematis. Sistematika akan memudahkan pembaca untuk memahami ide-ide yang kita tulis. Bagi penulis, sistematika juga akan memperlancar aliran ide yang hendak ditulisnya.
Menyusun pendahuluan dalam artikel ilmiah populer dapat menggunakan beberapa teknik.
Yang pertama, bisa berupa kejadian atau isu paling aktual saat ini. Atau bisa juga berupa pernyataan seorang pejabat/tokoh yang barangkali menarik untuk dikaji lebih dalam esensi dan implikasinya. Yang penting di sini, pendahuluan harus mampu menarik minat pembaca untuk membaca lebih lanjut.
Setelah pendahuluan, Anda dapat langsung menukik pada inti masalah sekaligus analisis masalahnya. Penganalisaan masalah terserah penulis: apakah hanya bersifat informatif ataukah menyajikan suatu alternatif pikiran, ataukah solusi, atukah hanya menggugah aspek kepedulian pembaca? Tentu pada tahap ini pemahaman mengenai berbagai aspek dari masalah yang ditulis menjadi syarat mutlak. Untuk itu peranan data, teori, fakta, atau bahkan intuisi sangat dibutuhkan.
Tahap selanjutnya adalah editing. Tidak jarang tulisan yang menarik dan bagus dari sisi ilmiah tidak dapat dimuat oleh Redaksi. Ini pada gilirannya menghendaki penggunaan bahasa ilmiah yang populer. Artinya secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan, sekaligus enak dibaca dan perlu. Karena itu pengeditan sangat membantu. Pengeditan akan semakin menyempurnakan bahasa yang kita gunakan. Anda bisa minta bantuan kepada rekan atau dosen Anda yang telah biasa menulis di media massa untuk tahap pengeditan ini. Atau kalau artikel tersebut ditujukan untuk konsumsi surat kabar, Anda bisa meminta adik Anda yang masih SMA untuk membacanya. Yang terakhir ini barangkali aneh. Namun, percayalah, konsumen utama surat kabar adalah masyarakat awam yang rata-rata pendidikannya SMA.
Yang layak dicatat pada tahap editing adalah jumlah halaman dari artikel yang Anda tulis. Untuk konsumsi surat kabar, maksimum halaman berkisar antara 7-10 halaman, dengan asumsi diketik 2 spasi. Untuk konsumsi majalah atau jurnal, lebih longgar, bisa antara 15-40 halaman. Oleh karena itu, menulis di surat kabar diperlukan bahasa yang singkat, padat dan berisi. Kajiannya jangan terlalu ilmiah, namun jangan terlalu dangkal.
Bila Anda menulis untuk majalah atau jurnal ilmiah, analisis Anda dimungkinkan untuk lebih teknis, lebih banyak data dan teori. Di sini Anda dapat lebih berkreasi dan lebih dalam lagi untuk menganalisis suatu masalah.
Tahap selanjutnya adalah tentu dengan mengirimkannya ke media massa. Dalam surat pengantar kepada Redaksi, Anda dapat melampirkan riwayat hidup singkat maupun status Anda saat ini. Pengalaman menunjukkan, Redaksi amat menghargai apabila kita sudah mempunyai pengalaman menulis atau pernah terlibat dalam dunia pers. Pengalaman menulis di pers kampus seperti majalah Ekonomika, Keadilan, Equlibrium, Balairung dapat dijadikan referensi. Apalagi kalau Anda pernah menjadi sebagai staf redaksi atau bahkan pemimpin redaksi suatu media.
Tahap terakhir tinggal menunggu lampau hijau dari Redaksi apakah memuat tulisan kita atau tidak. Ini membutuhkan waktu yang berkisar dari sehari hingga 3 bulan; tergantung kepada media mana Anda mengirim artikel. Untuk harian biasanya tenggang waktu menunggu berita pemuatan lebih cepat dibanding majalah atau jurnal ilmiah. Untuk surat kabar atau majalah berkaliber nasional, biasanya Redaksi secara otomatis akan mengirim kembali artikel Anda apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dimuat dengan disertai alasan tidak layak muatnya. Untuk majalah atau jurnal ilmiah yang terbitnya bulanan atau triwulanan, Redaksi biasanya mengabarkan bahwa artikel yang kita kirim akan dimuat pada edisi tertentu.
Jangan putus asa jika artikel Anda ditolak Redaksi. Anda dapat menyempurnakannya, dan kemudian mengirimkannya ke media lain. Tetapi ingat, jangan mengirim ke media lain sebelum ada pernyataan resmi (tertulis) dari Redaksi bahwa mereka menolak artikel kita.
Demikian Cara menulis artikel . Tidak ada kata terlambat untuk belajar.
Baca Juga Teknik Membuat SinopsisSalam Nektarity
1 komentar:
Terimakasih
Posting Komentar