Wawancara adalah salah satu bagian yang tak terpisahkan dalam tugas jurnalistik. Sekitar 90% sajian media cetak diperoleh dengan melakukan wawancara. Wawancara adalah sebagai aktifitas dialog antara seorang reporter dengan nara sumber untuk menggali sebuah informasi. Informasi tersebut bisa berupa pendapat, pengalaman, pikiran, pengamatan ataupun pandangan seseorang yang akan digunakan sebagai salah satu bahan penulisan karya jurnalistik.
Dalam dunia jurnalistik, wawancara memiliki nilai tambah, terlebih ketika nara sumbernya adalah seorang tokoh terkemuka, dan opininya mengandung sesuatu yang baru. Wawancara juga sering kali digunakan untuk mengukur pengalaman dan reputasi seorang jurnalis.
Apakah wawancara sama dengan reportase? Jawabannya adalah tidak. Reportase memiliki ruang lingkup yang jauh lebih luas daripada wawancara, sedangkan wawancara merupakan salah satu jenis teknik reportase. Reportase dapat diartikan sebagai proses pengumpulan data yang digunakan untuk penulisan karya jusnalistik. Objek pengumpulan data tersebut dapat berupa manusia, makhluk hidup selain manusia, buku-buku, tempat bersejarah, dan sebagainya. Suatu reportase disebut sebagai wawancara jika objek reportasenya adalah manusia.
1. Man in the street interview.
Cara ini dilakukan bila kita ingin mengetahui pendapat umum masyarakat terhadap isu atau persoalan yang hendak kita angkat menjadi bahan berita.
2. Casual interview, atau disebut juga wawancara mendadak.
Ini adalah jenis wawancara yang dilakukan tanpa persiapan atau perencanaan sebelumnya.
3. Personality interview.
Yaitu wawancara yang dilakukan terhadap figur-figur publik yang terkenal, atau bisa juga terhadap orang-orang yang dianggap memiliki sifat, kebiasaan atau prestasi yang unik, yang menarik untuk diangkat sebagai bahan berita.
4. News interview.
Yaitu wawancara dalam rangka memperoleh informasi dan berita dari sumber-sumber yang mempunyai kredibilitas ataupun reputasi di bidangnya.
a. Mencatat Wawancara:
Dalam melakukan tugas wawancara, hal yang paling penting di perhatikan adalah ketika mencatat wawancara, karena isi berita –benar tidaknya - di tentukan oleh isi dari wawancara tersebut. Oleh karena itu, dalam mencatat hasil wawancara hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
b. Saat Wawancara:
Seorang reporter yang baik akan melakukan wawancaranya dengan baik, dalam mempersiapkan hasil wawancara, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Lakukanlah persiapan sebelum melakukan wawancara. Persiapan tersebut menyangkut outline wawancara, penguasaan materi wawancara, pengenalan mengenai sifat, karakter atau kebiasaan orang yang hendak kita wawancarai, dan sebagainya.
2. Perkenalkan diri anda: nama dan asal media/instansi
3. Kuasai permasalahan agar bisa membuat pertanyaan cerdas
4. Awali dengan pertanyaan umum dan mendasar, tetapi selanjutnya biasakanlah menanyakan hal-hal yang khusus. Hal ini akan sangat membantu untuk memfokuskan jawaban nara sumber.
5. Kembangkan tema bahasan dengan mengejar pernyataan-pertanyaan menarik nara sumber dengan pertanyaan susulan.
6. Tanyakan maknanya bila ada jawaban narasumber yang tidak anda mengerti
7. Hindari pengajuan dua pertanyaan dalam satu kali bertanya. Hal ini dapat merugikan kita sendiri, karena nara sumber biasanya cenderung untuk menjawab hanya pertanyaan terakhir yang didengarnya.
8. Pewawancara hendaknya pintar menyesuaikan diri terhadap berbagai karakter nara sumber. Untuk nara sumber yang pendiam, pewawancara hendaknya dapat melontarkan ungkapan-ungkapan pemancing yang membuat si nara sumber "buka mulut". Sedangkan untuk nara sumber yang doyan ngomong, pewawancara hendaknya bisa mengarahkan pembicaraan agar nara sumber hanya bicara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan materi wawancara.
9. Tangkap isyarat non verbal nara sumber sehingga Anda bisa menangkap kesan, apakah berbohong, gugup, emosional, tersinggung, dll
10. Jangan mendebat nara sumber. Bersikaplah seolah-olah kita memihaknya, walaupun sebenarnya tidak demikian. Seperti kata pepatah, "Jangan bicara tentang kucing di depan seorang pecinta anjing". Tugas seorang pewawancara adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya dari nara sumber, bukan berdiskusi. Jika Anda tidak setuju dengan pendapatnya, biarkan saja. Jangan didebat. Cukup pancing saja nara sumber agar memberi penjelasan lebih detail.
Kalaupun harus didebat, sampaikan dengan nada bertanya, alias jangan terkesan membantah. Contoh yang baik: "Tetapi apakah hal seperti itu tidak berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak?"
Contoh yang lebih baik lagi: "Tetapi menurut Tuan X, hal seperti itu kan berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri. Bagaimana pendapat Bapak?"
Contoh yang tidak baik: "Tetapi hal itu kan dapat berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak."
11. Pewawancara juga hendaknya bisa menjalin hubungan personal dengan nara sumber, dengan cara memanfaatkan waktu luang yang tersedia sebelum dan sesudah wawancara. Kedua belah pihak dapat ngobrol mengenai hal-hal yang bersifat pribadi, atau hal- hal lain yang berguna untuk mengakrabkan diri. Ini akan sangat membantu proses wawancara itu sendiri, dan juga untuk hubungan baik dengan nara sumber di waktu-waktu yang akan datang.
12. Bagi seorang reporter pers yang belum ternama, seperti pers kampus dan sebagainya, kendala terbesar dalam proses wawancara biasanya bukan wawancaranya itu sendiri, melainkan proses untuk menemui nara sumber. Agar kita dapat menemui nara sumber tertentu dengan sukses, diperlukan perjuangan dan kiat-kiat yang kreatif dan tanpa menyerah. Salah satu caranya adalah rajin bertanya kepada orang-orang yang dekat dengan nara sumber. Koreklah informasi sebanyak mungkin mengenai nara sumber tersebut, misalnya nomor teleponnya, alamat villanya, jam berapa saja dia ada di rumah dan di kantor.
13. Jangan sampai terlambat datang di tempat wawacara
14. Untuk pertanyaan sensitif, sampaikan dengan cara halus,
15. Tolaklah secara halus jika nara sumber minta untuk bisa memeriksa naskah yang akan diterbitkan
16. Untuk menjalin hubungan baik, beri tahu bila hasil wawancara itu telah dimuat
17. Ucapkan terima kasih jika wawancara telah selesai
Dalam wawancara, ada yang di sebut wawancara singkat. Maksudnya bila waktu tidak memungkinkan, maka wawancara singkat ini dapat dilakukan. Dalam wawancara singkat, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
• Dalam wawancara ini, sering kali tidak perlu memperkenalkan diri
• Mulailah dengan pertanyaan penting
• Buatlah pertanyaan khusus, singkat, dan relevan
• Hindari pertanyaan dengan jawaban “ya” atau “tidak”, kecuali untuk hal-hal tertentu
• Jika nara sumber tidak mau bicara, teruslah pancing dengan pertanyaan lain yang terkait dan relevan
• Yakinkan pada nara sumber, bahwa jika ia tidak mau bicara justru membuatnya akan semakin tersudut
• Jangan segan meminjam orang lain untuk membuatnya bicara. Misalnya: menurut si A, anda terkait kasus korupsi?
• Jangan takut menegur nara sumber bila bicaranya terlalu cepat
Ketika sedang wawancara adakalanya nara sumber mengatakan hal-hal yang bersifat privasi, maka yang harus dilakukan oleh reporter diantaranya adalah:
• Tawar dulu jika nara sumber mengatakan off the record
• Beri pilihan, bagaimana jika namanya saja yang disembunyikan (without atribution)
• Bila nara sumber tetap ngotot minta agar keterangannya tidak direkam/ditulis, maka patuhilah.
• Sebelum itu, bujuk sekali lagi agar pertanyaannya boleh dikutip
• Bila pernyataannya yang off the record itu merupakan hal penting, cari narasumber lain yang bersedia mengutarakannya
Lalu, dalam proses penulisan berita, reporter bisa memilih gaya tulisan yang diinginkan. Jika berita itu berupa hardnews, maka ia harus mengacu pada 5W + 1H. Jika tulusannya features, maka ia bisa menggunakan bahasa yang lebih santai.
Demikian mengenai Panduan Melakukan Wawancara, semoga bermanfaat.
Disarikan dari:
1. Irwan Kelana, Wartawan Republika, Teknik Wawancara, makalah disampaikan dalam acara Pelatihan Sastra dan Jurnalistik di Kairo, Mesir Juli 2005.
2. Jonriah Ukur, www.penulislepas.com
3. Makalah milik Dede Permana,
4. Makalah milik M. Shalahudin,
Dalam dunia jurnalistik, wawancara memiliki nilai tambah, terlebih ketika nara sumbernya adalah seorang tokoh terkemuka, dan opininya mengandung sesuatu yang baru. Wawancara juga sering kali digunakan untuk mengukur pengalaman dan reputasi seorang jurnalis.
WAWANCARA
PERBEDAAN WAWANCARA DENGAN REPORTASE
Apakah wawancara sama dengan reportase? Jawabannya adalah tidak. Reportase memiliki ruang lingkup yang jauh lebih luas daripada wawancara, sedangkan wawancara merupakan salah satu jenis teknik reportase. Reportase dapat diartikan sebagai proses pengumpulan data yang digunakan untuk penulisan karya jusnalistik. Objek pengumpulan data tersebut dapat berupa manusia, makhluk hidup selain manusia, buku-buku, tempat bersejarah, dan sebagainya. Suatu reportase disebut sebagai wawancara jika objek reportasenya adalah manusia.
JENIS-JENIS WAWANCARA
Berikut ini diantara beberapa jenis wawancara, yaitu:1. Man in the street interview.
Cara ini dilakukan bila kita ingin mengetahui pendapat umum masyarakat terhadap isu atau persoalan yang hendak kita angkat menjadi bahan berita.
2. Casual interview, atau disebut juga wawancara mendadak.
Ini adalah jenis wawancara yang dilakukan tanpa persiapan atau perencanaan sebelumnya.
3. Personality interview.
Yaitu wawancara yang dilakukan terhadap figur-figur publik yang terkenal, atau bisa juga terhadap orang-orang yang dianggap memiliki sifat, kebiasaan atau prestasi yang unik, yang menarik untuk diangkat sebagai bahan berita.
4. News interview.
Yaitu wawancara dalam rangka memperoleh informasi dan berita dari sumber-sumber yang mempunyai kredibilitas ataupun reputasi di bidangnya.
Bagaimana melakukan Wawancara yang Baik?
Untuk memperoleh hasil wawancara yang baik, maka seorang wartawan diharuskan memperhatikan hal-hal berikut:a. Mencatat Wawancara:
Dalam melakukan tugas wawancara, hal yang paling penting di perhatikan adalah ketika mencatat wawancara, karena isi berita –benar tidaknya - di tentukan oleh isi dari wawancara tersebut. Oleh karena itu, dalam mencatat hasil wawancara hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
- • Untuk menjaga segala kemungkinan, gunakan alat perekam dan alat tulis sekaligus;
- • Menguasai cara menulis cepat (steno) akan lebih baik;
- • Pergunakan singkatan untuk menulis hal-hal tertentu;
- • Berilah tanda khusus pada setiap jawaban yang anda anggap penting;
- • Loncati atau abaikan kata-kata remeh yang tidak terlalu mengganggu makna kalimat atau jawaban;
- • Belajarlah mendengar jawaban sambil tetap menulis;
- • Pergunakan pena yang tahan air, tidak luntur jika terkena air/hujan;
- • Cek lagi kebenaran informasi yang anda dapat berdasarkan sumber lain yang ada;
- • Jika ada informasi yang meragukan, data, atau keterangan lain, jangan segan menanyakan lagi para narasumber;
- • Pastikan hasil wawancara anda aman sampai ke tempat kerja;
b. Saat Wawancara:
Seorang reporter yang baik akan melakukan wawancaranya dengan baik, dalam mempersiapkan hasil wawancara, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Lakukanlah persiapan sebelum melakukan wawancara. Persiapan tersebut menyangkut outline wawancara, penguasaan materi wawancara, pengenalan mengenai sifat, karakter atau kebiasaan orang yang hendak kita wawancarai, dan sebagainya.
2. Perkenalkan diri anda: nama dan asal media/instansi
3. Kuasai permasalahan agar bisa membuat pertanyaan cerdas
4. Awali dengan pertanyaan umum dan mendasar, tetapi selanjutnya biasakanlah menanyakan hal-hal yang khusus. Hal ini akan sangat membantu untuk memfokuskan jawaban nara sumber.
5. Kembangkan tema bahasan dengan mengejar pernyataan-pertanyaan menarik nara sumber dengan pertanyaan susulan.
6. Tanyakan maknanya bila ada jawaban narasumber yang tidak anda mengerti
7. Hindari pengajuan dua pertanyaan dalam satu kali bertanya. Hal ini dapat merugikan kita sendiri, karena nara sumber biasanya cenderung untuk menjawab hanya pertanyaan terakhir yang didengarnya.
8. Pewawancara hendaknya pintar menyesuaikan diri terhadap berbagai karakter nara sumber. Untuk nara sumber yang pendiam, pewawancara hendaknya dapat melontarkan ungkapan-ungkapan pemancing yang membuat si nara sumber "buka mulut". Sedangkan untuk nara sumber yang doyan ngomong, pewawancara hendaknya bisa mengarahkan pembicaraan agar nara sumber hanya bicara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan materi wawancara.
9. Tangkap isyarat non verbal nara sumber sehingga Anda bisa menangkap kesan, apakah berbohong, gugup, emosional, tersinggung, dll
10. Jangan mendebat nara sumber. Bersikaplah seolah-olah kita memihaknya, walaupun sebenarnya tidak demikian. Seperti kata pepatah, "Jangan bicara tentang kucing di depan seorang pecinta anjing". Tugas seorang pewawancara adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya dari nara sumber, bukan berdiskusi. Jika Anda tidak setuju dengan pendapatnya, biarkan saja. Jangan didebat. Cukup pancing saja nara sumber agar memberi penjelasan lebih detail.
Kalaupun harus didebat, sampaikan dengan nada bertanya, alias jangan terkesan membantah. Contoh yang baik: "Tetapi apakah hal seperti itu tidak berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak?"
Contoh yang lebih baik lagi: "Tetapi menurut Tuan X, hal seperti itu kan berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri. Bagaimana pendapat Bapak?"
Contoh yang tidak baik: "Tetapi hal itu kan dapat berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak."
11. Pewawancara juga hendaknya bisa menjalin hubungan personal dengan nara sumber, dengan cara memanfaatkan waktu luang yang tersedia sebelum dan sesudah wawancara. Kedua belah pihak dapat ngobrol mengenai hal-hal yang bersifat pribadi, atau hal- hal lain yang berguna untuk mengakrabkan diri. Ini akan sangat membantu proses wawancara itu sendiri, dan juga untuk hubungan baik dengan nara sumber di waktu-waktu yang akan datang.
12. Bagi seorang reporter pers yang belum ternama, seperti pers kampus dan sebagainya, kendala terbesar dalam proses wawancara biasanya bukan wawancaranya itu sendiri, melainkan proses untuk menemui nara sumber. Agar kita dapat menemui nara sumber tertentu dengan sukses, diperlukan perjuangan dan kiat-kiat yang kreatif dan tanpa menyerah. Salah satu caranya adalah rajin bertanya kepada orang-orang yang dekat dengan nara sumber. Koreklah informasi sebanyak mungkin mengenai nara sumber tersebut, misalnya nomor teleponnya, alamat villanya, jam berapa saja dia ada di rumah dan di kantor.
13. Jangan sampai terlambat datang di tempat wawacara
14. Untuk pertanyaan sensitif, sampaikan dengan cara halus,
15. Tolaklah secara halus jika nara sumber minta untuk bisa memeriksa naskah yang akan diterbitkan
16. Untuk menjalin hubungan baik, beri tahu bila hasil wawancara itu telah dimuat
17. Ucapkan terima kasih jika wawancara telah selesai
WAWANCARA SINGKAT
Dalam wawancara, ada yang di sebut wawancara singkat. Maksudnya bila waktu tidak memungkinkan, maka wawancara singkat ini dapat dilakukan. Dalam wawancara singkat, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
• Dalam wawancara ini, sering kali tidak perlu memperkenalkan diri
• Mulailah dengan pertanyaan penting
• Buatlah pertanyaan khusus, singkat, dan relevan
• Hindari pertanyaan dengan jawaban “ya” atau “tidak”, kecuali untuk hal-hal tertentu
• Jika nara sumber tidak mau bicara, teruslah pancing dengan pertanyaan lain yang terkait dan relevan
• Yakinkan pada nara sumber, bahwa jika ia tidak mau bicara justru membuatnya akan semakin tersudut
• Jangan segan meminjam orang lain untuk membuatnya bicara. Misalnya: menurut si A, anda terkait kasus korupsi?
• Jangan takut menegur nara sumber bila bicaranya terlalu cepat
OFF THE RECORD
Ketika sedang wawancara adakalanya nara sumber mengatakan hal-hal yang bersifat privasi, maka yang harus dilakukan oleh reporter diantaranya adalah:
• Tawar dulu jika nara sumber mengatakan off the record
• Beri pilihan, bagaimana jika namanya saja yang disembunyikan (without atribution)
• Bila nara sumber tetap ngotot minta agar keterangannya tidak direkam/ditulis, maka patuhilah.
• Sebelum itu, bujuk sekali lagi agar pertanyaannya boleh dikutip
• Bila pernyataannya yang off the record itu merupakan hal penting, cari narasumber lain yang bersedia mengutarakannya
PENGOLAHAN DATA
Setelah ditentukan angle baru atau data itu memang pas dengan perencanaan, langkah selanjutnya adalah "menyiangi" data. Mana yang relevan untuk tulisan yang akan di garap dan mana yang tidak. Jangan segan-segan membuang data yang tidak perlu, walau tadinya dicari dengan penuh gesit, dan susah payah. Dalam proses "menyiangi" ini akan terlihat apakah reportase dilengkapi dengan wawancara khusus yang merupakan bagian tersendiri, atau wawancara itu dimasukkan dalam bagian reportase, artinya menyatu dengan tulisan induk. Juga terlihat apakah tulisan itu perlu didukung oleh grafik atau table untuk lebih menjelaskan pada pembaca. Ini mempengaruhi cara anda menulis berita itu. Pergunakan data sesuai dengan kebutuhan berita itu. Misalnya soal-soal detail. Tak semua detail itu penting.Lalu, dalam proses penulisan berita, reporter bisa memilih gaya tulisan yang diinginkan. Jika berita itu berupa hardnews, maka ia harus mengacu pada 5W + 1H. Jika tulusannya features, maka ia bisa menggunakan bahasa yang lebih santai.
Baca juga Teknik Menyusun Esai
Demikian mengenai Panduan Melakukan Wawancara, semoga bermanfaat.
Disarikan dari:
1. Irwan Kelana, Wartawan Republika, Teknik Wawancara, makalah disampaikan dalam acara Pelatihan Sastra dan Jurnalistik di Kairo, Mesir Juli 2005.
2. Jonriah Ukur, www.penulislepas.com
3. Makalah milik Dede Permana,
4. Makalah milik M. Shalahudin,
0 komentar:
Posting Komentar