Diskusi Seputar Puisi Bersama Nektarity

Komunitas Penulis - Ada sebuah lingkup kesunyian yang secara perlahan dibangun. Menggugah sebuah kesadaran diri. Semacam partikel yang terus mengapung, perpaduan antara keputusasaan dan kegairahan seseorang dalam mewarnai sebuah kehidupan. Dunia yang hiruk-pikuk, memang selalu mendedahkan ruang tersendiri, menepikan kita, dan memaksa kita kerap terperosok ke dalamnya. Sebuah ruangan tertutup, yang dipenuhi dimensi-dimensi, memaksa untuk mengetuk berharap ada tangan yang membukanya. Pun, kita telah lama tahu, betapa setiap hari kita disuguhi berita-berita, dari yang penting ataupun tidak. Bahkan, ketika kali membuka mata, andaikata kita tak membaca koran, mendengarkan berita di radio, atau menonton televisi. Sebuah berita bisa saja melayang dengan tiba-tiba. Bagai sebuah daun yang luruh tiba-tiba, jatuh ke tanah. Bahkan, sebuah berita dapat dengan segera menyeret kita, dari hal yang remeh-temeh, semacam bisik-bisik orang di sekitar: bukankah itu layak digolongkan sebagai berita?

Fungsi puisi memang hanya sekadar alat, bisa saja berupa media. Dan alat untuk membentuk puisi ialah: kata-kata. Walau, alat itu berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para seniman lainnya. Seperti para pelukis, dengan cat airnya untuk membentuk lukisan, namun puisi berbeda. Puisi cenderung lebih abstrak, seklumit penat kehidupan dengan pernak-perniknya akan menjelma medan tafsir tersendiri. Puisi yang baik, tentunya dapat memberi “pencerahan” tersendiri bagi pembacanya. Meski, terlepas dari itu, sebagaimana yang pernah diungkapkan Ahmadun Y. Herfanda, hal itu tergantung dari kekayaan intelektual para pembacanya sendiri. Semakin kaya para pembaca, maka akan semakin luas dan terbuka untuk menerjemahkan hakikat yang tergantung dari sebuah puisi.

Kematian puisi yang ditulis akhir-akhir ini, antara lain disebabkan tidak bisanya seorang penyair memilah antara berita dan imajinasi. Meminjam bahasa Sutardji, lingkup persoalan yang terjadi di sekitar kita sebenarnya sudah melampau batas imajinasi, sehingga sudah tidak bisa terperikan. Namun, oleh Sapardi, posisi antara berita dan imajinasi dipisahkan dengan lembut, sehingga dapat ditemukan kejernihan dari kata-kata itu sendiri.

Puisi adalah sebuah medan permainan kata-kata. Di mana setiap kata dibentuk, mengeras, membentuk suasana baru. Terkadang, justru yang tampak dari luar adalah kesederhanaan yang bertalian. Saling menjulur dan mengikat. Sebuah kata, memang menjadi suatu benda yang ajaib, memprovokasisehingga terwujud keseimbangan. Meski, sampai sekarang belum ada teori baku yang mengharuskan menulis puisi mesti begini dan begitu.


Logika, dalam puisi bukan seperti ilmu pasti. Tidak mesti mengatakan 2+ 2 = 4. Puisi lebih dari itu, hal ini disebabkan puisi terbentuk dari imajinasi seorang penyair. Dan imajinasi itu sendiri, bisa memang diambil dari realitas yang ada, tapi bisa juga berbohong sekalipun. Maka, ketika sebuah berita ditransfer bentuknya, menjadi sebuah puisi hal itu pun sebenarnya telah mengubah total fungsi berita yang sesungguhnya. Dari mengabarkan menjadi menggambarkan. Yang ada hanya sebuah keberuntungan dari si penyair untuk memungut ulang setiap rekaan yang ada. Bisa saja hanya sekadar bayang-bayang saja.


Diskusi Tentang Puisi




Apa perbedaan poem dan poetry?

Kalo diterjemahkan, poem dan poetrym emang sama-sama berarti puisi atau sajak atau kata-kata indah yang merupakan buah pemikiran si pencipta puisi. Tapi bedanya dengan poetry, poem merujuk pada satu karya puisi, sedangkan poetry merujuk pada kumpulan-kumpulan puisi


Contoh penggunaan poem dalam kalimat:
Krawang Bekasi is a famous poem by Chairil Anwar. I've made a poem, would you like to read it?

Contoh penggunaan poetry dalam kalimat:
Chairil Anwar's poems are a part of Indonesian poetry


Jadi bisa disimpulan perbedaan poem dan poetry itu adalah:

* Poem itu merujuk pada satu karya puisi, sedangkan poetry adalah kumpulan-kumpulan puisi dari seorang pengarang puisi ataupun kumpulan puisi dari suatu masa (misalnya kumpulan puisi zaman pujangga baru)
* Poem itu bentuk singular sedangkan poetry bentuk plural
* Poem adalah bagian dari poetry
* Poem adalah pekerjaan kesusastraan, sdang poetry adalah bentuk seni dari pekerjaan kesusastraan tersebut
* Poem tidak mesti harus tertulis, ketika kita memikirkan kata-kata indah lalu mengucapkannya, itu sudah bisa disebut sebagai poem, sedangkan poetry tidak demikian.


Lalu kenapa nggak ada yang pakai isilah poetry untuk menamai kumpulan puisinya?

Begini, seperti halnya buku kumpulan puisi yang diberi nama ANTOLOGI. Ini hanya sebuah istilah lain saja yang bermakna kumpulan.



Saya kesulitan merangkai kalimat puisi yang 'indah'. apakah bahasa puisi emang begitu ya? selalu bermajas dengan makna tersirat yangg kadang sulit dipahami maksudnya, namun gaya bahasanya membuatku terkesima. ada saran?

Puisi adalah ungkapan dorongan insani sesuai dengan kodrat insaniah dengan menggunakan bahasa sehingga akan menghadirkan keindahan. Dengan memahami bahasa puisi kita akan mampu menangkap realitas, gagasan, ide, fenomena yang terungkap.


Puisi punya sifat bahasa juga, berbeda dengan karya sastra lainnya. Seperti,

- Konotatif : bahasa yang digunakan bukan sesungguhnya / kenyataan ex. : "adakah  keraguanmu kau tabur di setiap sisi hatiku"
- Figuratif : menghadirkan pribadi
- Banyak tafsir : setiap pembaca / pendengar bisa menafsirkannya masing2
- Afektif : kata-kata yang digunakan adalah yang menggugah hati, menggugah perasaan.

Lihat penjelasan pada:
- Unsur Pembentuk Puisi
- Struktur Puisi dan Unsur-unsurnya
- Cara Memilih Diksi Untuk Puisi

Isi puisi berupa kaitan pikiran / perasaan penyair dengan nilai-nilai kehidupan. Bentuk puisi bisa berupa pantun, mantra, seloka, syair, gurindam, dan puisi bebas


Bentuk-bentuk Puisi

Epik, Lirik/liris, dan Dramatik adalah beberapa macam puisi :

  - Epik itu  penyair menuturkan realitas, termasuk di dalamnya yaitu balada dan epos
  - Liris / lirik biasanya penyair menyuarakan pikiran dan perasaan, meliputi eligi, hymne, ode, epigram, satire, parodi
  - puisi dramatik, penyair menyuarakan analisis watak seseorang baik historis, mitos, maupun fiktif.



Kalau nantinya pembaca menafsirkan puisi kita sesuai seleranya atau penangkapan maksudnya masing-masing, apakah pesan yang kita maksud sebenarnya bisa tersampaikan?

Penulis tak ubahnya penjual. Apakah kondom akan kita jual pada anak dibawah umur? Jadi selain berkarya kita juga harus tahu pembaca yang akan kita bidik, sejauh mana ia mengerti. Profesi, latar belakang, juga kondisi psikologis sangat berpengaruh dalam seseorang menilai puisi.


Puisi dan sajak sama aja gak sih? Soalnya sering ada yg membedakan

Sajak asal kata dari melayu= sanjak. Puisi berasal dari bahasa yunani “poeima” membuat atau “poesis” pembuatan, dan dalam bahasa inggris disebut ”poem” atau “poetry”. Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.

Sajak adalah puisi, tetapi puisi belum tentu sajak. Puisi mungkin saja terdapat dalam prosa seperti cerpen, novel, atau esai sehingga sering orang mengatakan bahwa kalimat-kalimatnya puitis (bersifat puisi).

Sajak, tak sekadar hal yang tersirat, tetapi sudah menyangkut materi isi puisi, bahkan sampai ke efek yang ditimbulkan, seperti bunyi. Maka itu, sajak terkadang juga dimaknai sebagai bunyi.


Dalam menulis puisi, ada aturan-aturan khusus nggak?

Puisi ada banyak jenisnya. Dari periodisasinya secara garis besar dibedakan menjadi"
1) Puisi Lama
2)Puisi Modern.

Yang pertama bersifat terikat oleh aturan-aturan yang ketat, sedangkan yang terakhir bersifat 'bebas'.


Puisi lama itu misalnya hadir dalam bentuk-bentuk syair, pantun, haiku (Jepang), soneta (Itali), gurindam, mocopat (Jawa), dsb. Bersifat terikat karena mereka diikat oleh atran-aturan seperti jumlah baris per bait, jumlah suku kata per baris, bunyi akhir, dll.

Dalam perkembangannya, haiku dan soneta--dua bentuk puisi lama impor yang berkembang juga dalam puisi Indonesia modern--mengalami penyesuaian-penyesuaian sehingga bersifat lebih longgar.

Puisi modern lebih bebas daris segi aturan. Seseorang boleh saja menulis beberapa baris kemudian menyebutnya sebagai puisi. Tetapi, meskipun tidak ada aturan tertentu dalam puisi (modern) alias bebas, tetap ada konvensi (kesepakatan-kesepakatan) tentang bagaimana sebaiknya puisi itu. Konvensi ini yang dipakai oleh para redaktur puisi atau para komentator dan kritikus untuk menilai "keindahan" sebuah puisi. Kesepakatan-kesepakatan itu paling tidak bisa dipakai sebagai parameter dalam 'menilai' sebuah puisi.

Meskipun bebas, cara kita menulis puisi (misalnya cara memisah baris-baris dalam bait, dsb) menunjukkan bahwa ada "aturan bawah sadar" yang kita ikuti. Secara "take it for granted" kita sering menulis dalam bait-bait karena begitulah (biasanya) sebuah puisi ditulis.


Gimana sih memberi "jiwa" pada puisi? Setiap kali aku membuat puisi rasanya kok hambar ya, kurang nyengat.


Rasa yang nyaman, tenang, tenteram dan damai tidak akan menghasilkan puisi-puisi yang kuat, paling tidak menurut selera saya. Maksud saya, harus ada gelitik kegelisahan yang memberontak ingin bicara. Maka bila anda ada dalam keadaan yang nyaman dan menyenangkan (tentu tak menginginkan apa-apa lagi selain waktu lebih banyak, bukan?), tak ada gunanya berusaha menulis puisi.

Puisi selalu lahir dari keadaan yang tidak nyaman, bahkan sakit, yang penuh aura gelisah mengusik setiap detik waktumu, entah itu rasa cemburu, sakit rindu, kejengkelan pada keadaan yang salah, atau sakit asmara*. Pendeknya, dalam kadar tertentu penyair sedang dalam keadaan "sakit jiwa". Karena itu ia memerlukan puisi untuk membantu meringankan rasa sakitnya itu.

Maka saya ingin bertanya, penyairku, siapkah engkau memeluk rasa sakit yang kronis dalam hidup kepenyairanmu?



Pengen tau apa aja sih aliran puisi itu? ada gak aliran "erotis" gitu?

Kalau mencari aliran/isme dalam puisi rasanya kita akan sulit menghitung (hymne, Satire, Ode, dll) kenapa pertanyaan anda tidak 'seperti apa aliran puisi itu?

Puisi erotis itu ada dari dulu kala, dan sebenarnya kalau menurut saya itu adalah proses kreasi dari kreatifitas seseorang untuk menuangkan apa yang di rasakan atau di bayangkan dengan bahasa yang erotis. dan itu sah-sah saja.

contoh puisi erotis:

Pagut aku biar terangsangku,
Jilati dadaku dan berikan gigitan-gigitan kecil
Telanjanglah di depanku
Agar aku bernafsu menyetubuhimu

Penjelasan:
  • Pagut aku biar terangsangku : meminta agar orang lain datang dan memberikan kasih, agar ia merasakan di kasihi.
  • Jilati dadaku dan berikan gigitan-gigitan kecil : Berharap agar orang yang di kasihi itu merasakan apa yang ada di dalam dadanya (gelora Cinta) dan meminta agar ia di beri kejutan-kejutan tentang rasa cinta itu. (rindu)
  • Telanjanglah di depanku agar aku bernafsu menyetubuhimu : Meminta kejujuran dari orang yang di cintai agar dia yakin membina jalinan asmara.



Bagaimana dengan lomba menulis puisi yg sering membatasi dengan tema? Bukankah puisi sifatnya bebas?

Tema adalah proyeksi dari narasi-narasi yang bisa diciptakan dari mana saja. Biarkan diri kita melakukan praktik pembebasan terhadap puisi, ia boleh mengetuk pintu anda kapan saja. Jangan menolak otomatisasi dalam puisi sekaligus membiarkan spontanitas bahasa lewat tangan anda.

Puisi merupakan salah satu wujud pengalaman batin melalui media bahasa. Hanya saja, bahasa pengungkapan itu bukanlah bahasa biasa yang normatif. Bahasa puisi adalah bahasa yang kristal, dan sengaja dibuat demikian oleh penulisnya agar sedikit mungkin kata yang diungkapkan dapat menampung makna yang luas dan dalam.

Proses pembuatan puisi tidak hanya sekedar menulis saja namun memerlukan energi yang tidak sedikit. Seorang penulis puisi harus melibatkan segenap perasaan dan logika. Pada akhirnya, sebuah puisi seringkali tidak bisa dibuat sekali jadi. Penulis memerlukan waktu yang lebih lama untuk memilih dan memilah kata-kata. Proses ini dilakukan selain agar puisi lebih bermakna, juga untuk memenuhi unsur estetikanya.

Karena bahasa puisi bukanlah bahasa yang normatif, pembaca seringkali menghadapi kesulitan dalam memahami sebuah puisi. Karena merasa kesulitan, ia menjadi malas membaca puisi. Jika ia mau membaca, proses pembacaannya pun dilakukan secara sekilas. Dari proses yang kilat itulah, pembaca yang belum berpengalaman atau belum biasa membaca puisi dalam arti yang sesungguhnya, tidak mendapatkan apa-apa kecuali kebingungan. Maka kemudian, puisi menjadi sesuatu yang tidak menarik lalu diasingkan.

Kenangan atau memori sering menjadi sumur ide yang tak pernah kering bagi seorang penyair. Kilasan sekelebat tentang peristiwa masa silam tak jarang muncul tiba-tiba, terpicu oleh sesuatu benda atau keadaan. Penyair yang menangkap sepotong kenangan yang berkesan baginya pun dengan tangkas kemudian menuliskannya sebagai puisi.

Namun, menuliskan kenangan begitu saja tanpa pengolahan hanya akan mereproduksi sebuah foto di album tua. Penyair tentu harus menginterpretasikan kenangan itu sedemikian rupa, melawankannya dengan pengalaman baru, atau mempertemukannya dengan pemahaman baru tentang peristiwa lampau tersebut. Maka, sepotong kenangan itu pun menjelma sebuah pengalaman baru, atau paling tak sebuah pemahaman yang lain, dari sudut pandang yang berbeda, tentang peristiwa itu.

Kenangan bisa menjelma menjadi semacam peringatan atas sesuatu, atau seseorang. Mungkin si penyair tiba-tiba mengingat sosok orang yang ternyata dirasanya begitu dekat setelah orang tersebut meninggal atau jauh darinya. Dari kesan semacam itu, sajak seperti di bawah ini sangat mungkin tercipta.



Apa definisi sebuah puisi dari sisi makna?

Mencari arti tentang puisi, hingga saat ini belum ada definisi yang dapat memuaskan semua pihak. Hampir setiap penyair atau sastrawan mempunyai definisi sendiri-sendiri tentang puisi. Puisi demikian luas, bahkan semua di dunia ini yang terlihat maupun yang tak terlihat bisa dikatakan sebagai puisi. Puisi tiada batas.


Ada tips yang efektif nggak untuk menulis puisi yang indah?

Bila ingin menulis puisi maka tuliskan puisi, hayati puisi tersebut sebagai atmosfir atau sebagai habitat tempat kau hidup dan menghirup nafas. Banyak penyair mula-mula terjebak dalam definisi sastra sebagai "kata-kata indah", maka tulisan-tulisan merekapun bersolek dengan ungkapan-ungkapan indah yang klise, ungkapan yang selalu di ulang-ulang.

Bersolek memang perlu, tetapi kecantikan sesungguhnya dari sebuah puisi tetaplah yang berada di balik bedak tebal dan gincu yang menyala itu. Puisi yang cantik alami akan lebih mempesona ketimbang puisi yang bergenit-genit dengan make up yang menor. Lebih bagus lagi jika puisi tersebut dapat memancarkan aura dari dalam (innner beauty), yang akan tetap mempesona dalam ketelanjangan, kebersahajaan dan keluguannya, tanpa sebutir molekul bedakpun.

Penjelasan lengkap bisa lihat pada Variasi Teknik Menulis Puisi.

Untuk mendapatkan hasil tulisan yang lebih baik setiap waktunya, seseorang haruslah terus berupaya menggali ucapan-ucapan (idiom) baru sehingga bahasanya semakin kaya dan segar. Baru disini sebenarnya tidak sepenuhnya baru, ia lebih merupakan "bentukan" baru dari kata-kata yang telah ada. kemauan untuk bereksperimen menyusun sebuah komposisi kata-kata menjadi idiom atau frasa baru merupakan dasar pengembangan kosa-kata dari penyair yang nantinya akan sangat memperkaya gaya pengucapan (diksi) penyair tersebut.

Ada penyair yang mengatakan, "ketika menulis puisi, ingatlah saat puisimu itu nanti dibacakan". Dalam puisi lama, unsur-unsur bunyi sudah otomatis menjadi persyaratan yang mengikat, menjadi pakem. Misalnya dalam satu bait harus terdiri dari sekian baris, setiap bari harus terdiri dari sekian ketukan (suku kata), dan baris-baris dalam satu bait itu harus berakhir dengan bunyi-bunyi tertentu.

Namun dalam puisi modern, hal seperti di atas sudah tidak terlalu mengikat atau diperhatikan lagi, bukan pula berarti dihilangkan. Hanya lebih lentur (fleksibel). Ia bisa saja hadir dalam bunyi vokal atau konsunan yang dominan, baik di dalam maupun di akhir baris. Seperti halnya dalam seni musik, seni tari, maupun seni yang lain, puisi juga memiliki nada, irama, ritme, ketukan, dan sejenisnya. Lihat pada halaman Tentang Rima, Bunyi, dan Irama.



Bagaimana puisi yang baik itu?

Puisi yang baik memancarkan suatu keindahan yang membuat pembacanya merasakan nikmat yang sulit di jelaskan. kenikmatan inilah yang membuat pencinta puisi selalu kembali ke situs situs puisi maupun buku buku puisi maupun pementasannya dengan setia. Namun demikian pula dengan musik, ada suatu hal yang bisa kita membuat suatu puisi entah bagaimana akan menggores di hati pembacanya. seperti pula skill menyanyi dan skill memainkan alat musik tidaklah yang terpenting dalam menghasilkan musik yang baik, skill penulisan puisi juga bukanlah ingredient yang terutama dalam menelurkan puisi puisi mahakarya.

Atau bisa baca artikel Bagaimana Membuat Puisi yang baik.
***


Akhir kata dari saya, puisi itu seperti musik. Kadang kaidah yang baku tak bisa lagi membatasi perkembangan penulisan di jaman kaidah itu mulai di buat. keindahan dan kenikmatan suatu puisi juga tak bisa di-judge oleh batasan batasan tersebut. suatu musik rap mungkin sampah sepuluh tahun yang lalu namun musik itu "in" beberapa tahun yang lalu. namun sayangnya dia juga tidak lagi menjadi trend di hari-hari ini. musik yang diminati bulan ini tentu tidak bisa diukur dengan kaidah-kaidah musik rap.

Namun anehnya jenis musik rap tertentu, walau sudah tidak trend, masih bisa dinikmati keindahannya. demikian pula puisi. puisi tertentu bisa dinikmati sekalipun gaya dan bentuknya tidaklah dibangun dengan kaidah puisi yang lagi trend saat ini.

Di atas semua itu, roh yang keluar, pengalaman hidup yang menggores di batin penulis lah yang menentukan indahnya suatu puisi. goretan goretan itu lah yang menghasilkan kenikmatan tertinggi dari suatu puisi. dan sayangnya dia tidak bisa dibeli dan tidak bisa diajarkan di bangku sekolah. hanya dari hidup ini.

Oleh karena itu, berteriaklah. tumpahkanlah isi batinmu sampai meluap seperti banjir. ijinkanlah penikmat penikmat puisi hanyut oleh jeritan hatimu. biarlah kepedihan hatimu menjadi tetesan tetesan madu yang menjerat dan terasa nikmat tak terlupakan....ah... Tapi apa yang kita buat kalau tidak ada sedikitpun yang kita bisa jeritkan dari batin kita? masak kita mau ambil pusing....terus saja kita tulis puisi.


Salam Nektarity

0 komentar:

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.