Salam Nektarity. Apa itu Koherensi? dan bagaimana Koherensi Antar Kalimat Dan juga Koherensi Antar Paragraf? kali ini kita akan membahas mengenai Koherensi dan segala seluk beluknya. Dalam buku Kajian Wacana yang disusun oleh Mulyana, menurut Brown dan Yule, Koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh. Istilah koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang terselubung disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan ilokusinya dalam membentuk sebuah wacana. Proposisi-proposisi di dalam suatu wacana dapat membentuk suatu wacana yang runtut (koheren) meskipun tidak terdapat pemerkah penghubung kalimat yang di gunakan. Apakah Koherensi dan Kohesi sama? dan bagaimana kedudukannya? Di dalam paragraf, kohesi merupakan tarik-menarik antar- unsur paragraf, yakni kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, dan kalimat dengan kalimat, bahkan paragraf dengan paragraf. Jika tarik-menarik antarunsur ini mampu menjalin hubungan yang serasi, kompak, dan menimbulkan pengertian yang baik, maka muncullah koherensi paragraf. Dengan kata lain koherensi adalah keserasian dan kekompakan yang tercipta oleh adanya kohesi dalam paragraf.
Koherensi memiliki keterkaitan makna antara satu bagian dengan bagian yang lain. Sedangkan konsep kohesi mengacu kepada hubungan bentuk secara padu dan utuh. Koherensi lebih diutamakan karena tujuannya agar mitra tuturnya paham dengan apa yang dimaksud penutur. Wacana yang memiliki keterpaduan makna akan lebih mudah dipahami, sedangkan wacana yang memiliki keterpaduan bentuk lebih sulit dipahami oleh mitra tutur. Bagaimana aplikasinya dalam Kalimat dan Paragraf? kita akan membahas Koherensi Antar Kalimat Dan Antar Paragraf
Koherensi sangat erat kaitannya dengan Kohesi, tetapi kali ini kita akan membahas mengenai Koherensi khususnya untuk Koherensi antar kalimat dan Antar Paragraf. Suatu paragraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan antara gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimat-kalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara bersama-sama membahas satu gagasan utama. Tidak dijumpai satu pun kalimat yang menyimpang dari gagasan utama ataupun loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
1. Penambahan.
Sarana penghubung yang berupa penambahan itu antara lain: dan, juga, lagi pula, selanjutnya.
Contoh:
Laki-laki dan perempuan, tua dan muda, juga para tamu turut bekerja bergotong-royong menumpas hama tikus di sawah-sawah di desa kami. Selain daripada menyelamatkan tanaman, juga upaya itu akan meningkatkan hasil panen. Selanjutnya upaya itu akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Lagi pula upaya ini telah lama dianjurkan oleh pemerintah kita.
2. Repetisi.
Penggunaan repetisi atau pengulangan kata sebagai sarana koherensi.
Contoh :
Dia mengatakan kepada saya bahwa kasih sayang itu berada dalam jiwa dan raga sang ibu. Saya menerima kebenaran ucapan itu. Betapa tidak. Kasih sayang pertama saya peroleh dari ibu saya. Ibu melahirkan saya. Ibu mengasuh saya. Ibu menyusui saya. Ibu memandikan saya. Ibu menyuapi saya. Ibu meninabobokan saya. Ibu mencintai dan mengasihi saya. Saya tidak bisa melupakan jasa dan kasih sayang ibu saya seumur hidup. Semoga ibu panjang umur dan dilindungi Tuhan.
3. Pronomina
Sarana penghubung yang berupa kata ganti orang
Contoh:
Rumah Lani dan rumah Mina di seberang sana. Mereka bertetangga. Lani membeli rumah itu dengan harga lima juta rupiah. Harganya agak murah. Dia memang bernasib baik.
4. Sinonimi
Pada contoh berikut ini terlihat penggunaan sarana koherensi yang berupa padanan kata (pengulangan makna).
Contoh:
Memang dia mencintai gadis itu. Wanita itu berasal dari Solo. Pacarnya itu memang cantik, halus budi bahasa, dan bersifat keibuan sejati. Tak salah dia memilih kekasih, buah hati yang pantas kelak dijadikan istri, teman hidup selama hayat dikandung badan.
5. Totalitas Bagian
Kadang-kadang, pembicaraan kita mulai dari keseluruhan, baru kemudian kita beralih atau memperkenalkan bagian-bagiannya. Totalitas bagian bisa diartikan pernyataan yang berpola umum-khusus.
Contoh :
Saya membeli buku baru. Buku itu terdiri dari tujuh bab. Setiap bab terdiri pula dari sejumlah pasal. Setiap pasal tersusun dari beberapa paragraf. Seterusnya setiap paragraf terdiri dari beberapa kalimat. Selanjutnya kalimat terdiri atas beberapa kata. Semua itu harus dipahami dari sudut pengajaran wacana.
6. Komparasi
Komparasi atau perbandingan pun dapat menambah serta meningkatkan kekoherensifan wacana. Komparasi digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda.
Contoh :
Sama halnya dengan Paman Lukas, kita pun harus segera mendirikan rumah di atas tanah yang baru kita beli itu. Sekarang rumah Paman Lukas itu hampir selesai. Mengapa kita tidak membuat hal yang serupa selekas mungkin? Kita juga sanggup berbuat hal yang sama, takkan lebih dari itu. Tetapi, tidak seperti rumah Paman Lukas yang bertingkat, kita akan membangun rumah yang besar dan luas. Kita tidak perlu mendirikan rumah bertingkat karena tanah kita cukup luas.
7. Penekanan
Dengan sarana penekanan pun kita dapat pula menambah tingkat kekoherensifan wacana. Penekanan digunakan untuk menekankan yang dianggap penting.
Contoh :
Bekerja bergotong-royong itu bukan pekerjaan sia-sia. Nyatalah kini hasilnya. Jembatan sepanjang tujuh kilometer yang menghubungkan kampung kita ini dengan kampung di seberang ini telah selesai kita kerjakan. Jelaslah hubungan antara kedua kampung, berjalan lebih lancar. Sudah tentu hal ini memberi dampak positif bagi masyarakat kedua kampung.
8. Kontras
Juga dengan kontras atau pertentangan para penulis dapat menambah kekoherensifan karyanya. Contoh :
Aneh tapi nyata. Ada teman saya seangkatan, namanya Joni. Dia rajin sekali belajar, tetapi setiap ujian selalu tidak lulus. Namun demikian, dia tidak pernah putus asa. Dia tenang saja. Tidak pernah mengeluh. Bahkan sebaliknya, dia semakin rajin belajar.
9. Simpulan
Dengan kata-kata yang mengacu kepada hasil atau simpulan pun, kita dapat juga meningkatkan kekoherensifan wacana.
Contoh :
Pepohonan telah menghijau di setiap pekarangan rumah dan ruangan kuliah di kampus kami. Burung-burung beterbangan dari dahan ke dahan sambil bernyanyi-nyanyi. Udara segar dan sejuk nyaman. Jadi penghijauan di kampus itu telah berhasil. Demikianlah kini keadaan kampus kami, berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Oleh karena itu, para sivitas akademika merasa bangga atas kampus itu.
10. Contoh.
Dengan pemberian contoh yang tepat dan serasi, kita dapat pula menciptakan kekoherensifan.
Contohnya :
Halaman rumah kami telah berubah menjadi warung hidup. Di pekarangan itu ditanami kebutuhan dapur sehari-hari, umpamanya: bayam, tomat, cabai, talas, singkong, dan lain-lain. Ada juga pekarangan rumah yang berupa apotek hidup. Betapa tidak. Di pekarangan itu ditanami bahan obat-obatan tradisional, misalnya: kumis kucing, lengkuas, jahe, kunyit, sirih, dan lain-lain. Kelebihan kebutuhan sehari-hari dari warung dan apotek hidup itu dapat pula dijual ke pasar, sebagai contoh: bayam, cabai, jahe, dan sirih.
11. Paralelisme
Pada contoh berikut ini terlihat penggunaan kesejajaran atau paralelisme klausa sebagai sarana kekoherensifan wacana. Kesejajaran tersebut dinyatakan dalam satu kalimat. Kesejajaran tersebut bisa berupa subjek predikat, subjek predikat objek, atau yang lain.
Contoh:
Waktu dia datang, memang saya sedang asik membaca, saya sedang tekun mempelajari buku baru mengenai wacana. Karena asiknya, saya tidak mengetahui, saya tidak mendengar bahwa dia telah duduk di kursi mengamati saya.
12. Waktu
Kata-kata yang mengacu pada tempat dan waktu pun dapat meningkatkan kekoherensifan.
Contoh :
Sementara itu tamu-tamu sudah mulai berdatangan. Ruangan terasa kian sempit. Tidak lama kemudian, anak saya mengangkat barang itu dan menaruhnya di atas lemari.
Persamaan antara paragraf kohesif dan paragraf koheren:
* Paragraf kohesif
Jika anda berminat, anda juga bsia membaca :
Demikian mengenai Koherensi Antar Kalimat Dan Antar Paragraf. Bisa dibilang Paragraf koheren harus memiliki satu kesatuan makna yang sama atau ide kalimat-kalimat pendukungnya tidak melenceng dari ide pokok paragraf.
Daftar Pustaka :
Koherensi memiliki keterkaitan makna antara satu bagian dengan bagian yang lain. Sedangkan konsep kohesi mengacu kepada hubungan bentuk secara padu dan utuh. Koherensi lebih diutamakan karena tujuannya agar mitra tuturnya paham dengan apa yang dimaksud penutur. Wacana yang memiliki keterpaduan makna akan lebih mudah dipahami, sedangkan wacana yang memiliki keterpaduan bentuk lebih sulit dipahami oleh mitra tutur. Bagaimana aplikasinya dalam Kalimat dan Paragraf? kita akan membahas Koherensi Antar Kalimat Dan Antar Paragraf
Koherensi Antar Kalimat Dan Antar Paragraf
Koherensi sangat erat kaitannya dengan Kohesi, tetapi kali ini kita akan membahas mengenai Koherensi khususnya untuk Koherensi antar kalimat dan Antar Paragraf. Suatu paragraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan antara gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimat-kalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara bersama-sama membahas satu gagasan utama. Tidak dijumpai satu pun kalimat yang menyimpang dari gagasan utama ataupun loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
Unsur-unsur Koherensi
Yang termasuk unsur-unsur koheren meliputi:1. Penambahan.
Sarana penghubung yang berupa penambahan itu antara lain: dan, juga, lagi pula, selanjutnya.
Contoh:
Laki-laki dan perempuan, tua dan muda, juga para tamu turut bekerja bergotong-royong menumpas hama tikus di sawah-sawah di desa kami. Selain daripada menyelamatkan tanaman, juga upaya itu akan meningkatkan hasil panen. Selanjutnya upaya itu akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Lagi pula upaya ini telah lama dianjurkan oleh pemerintah kita.
2. Repetisi.
Penggunaan repetisi atau pengulangan kata sebagai sarana koherensi.
Contoh :
Dia mengatakan kepada saya bahwa kasih sayang itu berada dalam jiwa dan raga sang ibu. Saya menerima kebenaran ucapan itu. Betapa tidak. Kasih sayang pertama saya peroleh dari ibu saya. Ibu melahirkan saya. Ibu mengasuh saya. Ibu menyusui saya. Ibu memandikan saya. Ibu menyuapi saya. Ibu meninabobokan saya. Ibu mencintai dan mengasihi saya. Saya tidak bisa melupakan jasa dan kasih sayang ibu saya seumur hidup. Semoga ibu panjang umur dan dilindungi Tuhan.
3. Pronomina
Sarana penghubung yang berupa kata ganti orang
Contoh:
Rumah Lani dan rumah Mina di seberang sana. Mereka bertetangga. Lani membeli rumah itu dengan harga lima juta rupiah. Harganya agak murah. Dia memang bernasib baik.
4. Sinonimi
Pada contoh berikut ini terlihat penggunaan sarana koherensi yang berupa padanan kata (pengulangan makna).
Contoh:
Memang dia mencintai gadis itu. Wanita itu berasal dari Solo. Pacarnya itu memang cantik, halus budi bahasa, dan bersifat keibuan sejati. Tak salah dia memilih kekasih, buah hati yang pantas kelak dijadikan istri, teman hidup selama hayat dikandung badan.
5. Totalitas Bagian
Kadang-kadang, pembicaraan kita mulai dari keseluruhan, baru kemudian kita beralih atau memperkenalkan bagian-bagiannya. Totalitas bagian bisa diartikan pernyataan yang berpola umum-khusus.
Contoh :
Saya membeli buku baru. Buku itu terdiri dari tujuh bab. Setiap bab terdiri pula dari sejumlah pasal. Setiap pasal tersusun dari beberapa paragraf. Seterusnya setiap paragraf terdiri dari beberapa kalimat. Selanjutnya kalimat terdiri atas beberapa kata. Semua itu harus dipahami dari sudut pengajaran wacana.
6. Komparasi
Komparasi atau perbandingan pun dapat menambah serta meningkatkan kekoherensifan wacana. Komparasi digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda.
Contoh :
Sama halnya dengan Paman Lukas, kita pun harus segera mendirikan rumah di atas tanah yang baru kita beli itu. Sekarang rumah Paman Lukas itu hampir selesai. Mengapa kita tidak membuat hal yang serupa selekas mungkin? Kita juga sanggup berbuat hal yang sama, takkan lebih dari itu. Tetapi, tidak seperti rumah Paman Lukas yang bertingkat, kita akan membangun rumah yang besar dan luas. Kita tidak perlu mendirikan rumah bertingkat karena tanah kita cukup luas.
7. Penekanan
Dengan sarana penekanan pun kita dapat pula menambah tingkat kekoherensifan wacana. Penekanan digunakan untuk menekankan yang dianggap penting.
Contoh :
Bekerja bergotong-royong itu bukan pekerjaan sia-sia. Nyatalah kini hasilnya. Jembatan sepanjang tujuh kilometer yang menghubungkan kampung kita ini dengan kampung di seberang ini telah selesai kita kerjakan. Jelaslah hubungan antara kedua kampung, berjalan lebih lancar. Sudah tentu hal ini memberi dampak positif bagi masyarakat kedua kampung.
8. Kontras
Juga dengan kontras atau pertentangan para penulis dapat menambah kekoherensifan karyanya. Contoh :
Aneh tapi nyata. Ada teman saya seangkatan, namanya Joni. Dia rajin sekali belajar, tetapi setiap ujian selalu tidak lulus. Namun demikian, dia tidak pernah putus asa. Dia tenang saja. Tidak pernah mengeluh. Bahkan sebaliknya, dia semakin rajin belajar.
9. Simpulan
Dengan kata-kata yang mengacu kepada hasil atau simpulan pun, kita dapat juga meningkatkan kekoherensifan wacana.
Contoh :
Pepohonan telah menghijau di setiap pekarangan rumah dan ruangan kuliah di kampus kami. Burung-burung beterbangan dari dahan ke dahan sambil bernyanyi-nyanyi. Udara segar dan sejuk nyaman. Jadi penghijauan di kampus itu telah berhasil. Demikianlah kini keadaan kampus kami, berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Oleh karena itu, para sivitas akademika merasa bangga atas kampus itu.
10. Contoh.
Dengan pemberian contoh yang tepat dan serasi, kita dapat pula menciptakan kekoherensifan.
Contohnya :
Halaman rumah kami telah berubah menjadi warung hidup. Di pekarangan itu ditanami kebutuhan dapur sehari-hari, umpamanya: bayam, tomat, cabai, talas, singkong, dan lain-lain. Ada juga pekarangan rumah yang berupa apotek hidup. Betapa tidak. Di pekarangan itu ditanami bahan obat-obatan tradisional, misalnya: kumis kucing, lengkuas, jahe, kunyit, sirih, dan lain-lain. Kelebihan kebutuhan sehari-hari dari warung dan apotek hidup itu dapat pula dijual ke pasar, sebagai contoh: bayam, cabai, jahe, dan sirih.
11. Paralelisme
Pada contoh berikut ini terlihat penggunaan kesejajaran atau paralelisme klausa sebagai sarana kekoherensifan wacana. Kesejajaran tersebut dinyatakan dalam satu kalimat. Kesejajaran tersebut bisa berupa subjek predikat, subjek predikat objek, atau yang lain.
Contoh:
Waktu dia datang, memang saya sedang asik membaca, saya sedang tekun mempelajari buku baru mengenai wacana. Karena asiknya, saya tidak mengetahui, saya tidak mendengar bahwa dia telah duduk di kursi mengamati saya.
12. Waktu
Kata-kata yang mengacu pada tempat dan waktu pun dapat meningkatkan kekoherensifan.
Contoh :
Sementara itu tamu-tamu sudah mulai berdatangan. Ruangan terasa kian sempit. Tidak lama kemudian, anak saya mengangkat barang itu dan menaruhnya di atas lemari.
Persamaan antara paragraf kohesif dan paragraf koheren:
- Sama-sama membahas satu gagasan utama.
- Keduanya merupakan syarat utama kewacanaan atau tekstualitas pembentuk kalimat yang baik dan efektif.
- Menujukkan hubungan antar kalimat
* Paragraf kohesif
- Unsur kepaduan pembentuk kalimat.
- Hubungan keterkaitan antarposisi.
- Unsur kepaduan pembentuk kalimat.
- Unsur kepaduan makna kalimat.
Jika anda berminat, anda juga bsia membaca :
Demikian mengenai Koherensi Antar Kalimat Dan Antar Paragraf. Bisa dibilang Paragraf koheren harus memiliki satu kesatuan makna yang sama atau ide kalimat-kalimat pendukungnya tidak melenceng dari ide pokok paragraf.
Daftar Pustaka :
- Mulyana. 2005. Kajian Wacana.Yogyakarta: Tiara Wacana.
- Tukan,P.2005.Mahir Berbahasa Indonesia 2 untuk SMA/MA kelas IX Program Studi Bahasa.Jakarta:Yudistira
- Rani, Abdul, dkk. 2006. Analisi Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing.
- Sobur, Alex. 2003. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Rosda Karya.
0 komentar:
Posting Komentar