Komunitas Penulis - Jika sebelumnya kita pernah membahas kajian Fonologi dan Teori Fonologi pada postingan sebelumnya, kali ini kita akan bahas mengenai Proses dan Jenis-jenis Fonologi. Fonologi yang merupakan bagian dari kajian linguistik ini mempelajari, membahas, membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat-alat ucap manusia. Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan bunyi-bunyi (fonem) bahasa dan distribusinya. Untuk lebih jelasnya mengenai kajiannya pernah kita ulas di :
Kajian Fonologi dalam Bahasa Indonesia
Proses Fonologis dan juga proses penggantian fonologi ini dapat berbeda-beda sebab sangat tergantung pada lingkungannya, atau pada fonem-fonem lain yang berada di sekitarnya. Misalnya, fonem /o/ kalau berada pada silabel tertutup akan berbunyi / / dan kalau berada pasa silabel terbuka akan berbunyi /o/. Perubahan yang terjadi pada kasus fonem /o/ bahasa Indonesia itu bersifat fonetis, tidak mengubah fonem /o/ menjadi fonem lain. Dalam beberapa kasus lain, dalam bahasa-bahasa tertentu dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang lain. (Chaer, 2007: 132)
Perubahan fonem pada contoh di atas merupakan proses fonologis atau proses morfofonemik. Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi. Proses fonologis dapat berwujud: (1) asimilasi, (2) netralisasi, (3) diftongisasi, (4) monoftongisasi, (5) epentesis, (6) metatesis, (7) pemunculan fonem, (8) pelesapan fonem, (9) peluluhan, (10) perubahan fonem, dan (11) pergeseran fonem.
1.Asimilasi
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya sehingga bunyi itu menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya.
Misalnya, kata Sabtu biasa diucapkan [saptu], di mana bunyi /b/ berubah menjadi /p/ karena pengaruh bunyi /t/.
2.Netralisas
Dalam bahasa Belanda kata hard dilafalkan [hart]. Dalam bahasa adanya bunyi /t/ pada posisi akhir kata yang dieja hard adalah hasil netralisasi. Fonem /d/ pada kata hard yang bisa berwujud /t/ atau /d/ disebut arkifonem. Contoh lainnya, dalan bahasa Indonesia kata jawab diucapkan [jawap]; tetapi bila diberi akhiran –an bentuknya menjadi jawaban. Jadi, di sini ada arkifonem /B/, yang realisasinya bisa berupa /b/ atau /p/.
3.Diftongisasi
Diftongisasi adalah perubahan bunyi vokal tunggal (monoftong) menjadi dua bunyi vokal atau vokal rangkap (diftong) secara berurutan. Perubahan dari vokal tunggal ke vokal rangkap ini masih diucapkan dalam satu puncak kenya-ringan sehingga tetap dalam satu silaba.
Kata anggota diucapkan [aŋgauta], sentosa diucapkan [səntausa]. Perubahan ini terjadi pada bunyi vokal tunggal /o/ ke vokal rangkap /au/. Hal ini terjadi karena adanya upaya analogi penutur dalam rangka pemurnian bunyi pada kata tersebut. Bahkan, dalam penulisannya pun disesuaikan dengan ucapannya, yaitu anggauta dan sentausa.
Contoh lain: teladan menjadi tauladan [tauladan] => vokal /ə/ menjadi /au/.
4.Monoftongisasi
Kebalikan dari diftongisasi adalah monoftongisasi, yaitu perubahan dua bunyi vokal atau vokal rangkap (difftong) menjadi vokal tunggal (monoftong). Peristiwa penunggalan vokal ini banyak terjadi dalam bahasa Indonesia sebagai sikap pemudahan pengucapan terhadap bunyi-bunyi diftong.
Kata ramai diucapkan [rame], petai diucapkan [pəte]. Perubahan ini terjadi pada bunyi vokal rangkap /ai/ ke vokal tunggal /e/. Penulisannya pun disesuaikan menjadi rame dan pete. Contoh lain: satai menjadi [sate].
5.Epentesis
Epentesis adalah proses penambahan atau pembubuhan bunyi pada tengah kata. Misalnya:
6.Metatesis
Metatesis adalah perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga menjadi dua bentuk kata yang bersaing. Dalam bahasa Indonesia, kata-kata yang mengalami metatesis ini tidak banyak. Hanya beberapa kata saja. Misalnya: selain jalur ada kata lajur, selain kolar ada koral, selain berantas ada banteras.
7.Pemunculan Fonem
Pemunculan fonem, pelesapan fonem, peluluhan, perubahan fonem, dan pergeseran fonem biasa terjadi pada proses afiksasi. Afiksasi ialah proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk baik berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata-kata baru (Rohmadi dkk, 2009: 41)
Pemunculan fonem dapat kita lihat dalam proses pengimbuhan prefiks me- dengan bentuk dasar baca yang menjadi membaca; di mana terlihat muncul konsonan sengau /m/. Juga dalam kata harian yang diucapkan [hariyan] di mana terlihat muncul konsonan /y/.
Contoh pemunculan fonem yang lain adalah sebagai berikut.
8.Pelesapan Fonem
Pelesapan fonem dapat kita lihat dalam proses pengimbuhan akhiran -wan pada kata sejarah sehingga menjadi sejarawan di mana fonem /h/ pada kata sejarah itu menjadi hilang. Contoh pemunculan fonem yang lain adalah sebagai berikut.
9.Peluluhan Fonem
Proses peluluhan fonem dapat kita lihat dalam proses pengimbuhan prefiks me- pada kata sikat; di mana fonem /s/ pada kata sikat diluluhkan dan disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/ dari perfiks tersebut. Contoh proses peluluhan fonem yang lain adalah:
10.Perubahan Fonem
Proses perubahan fonem dapat kita lihat dalam proses pengimbuhan prefiks ber- pada kata ajar; di mana fonem /r/ dari prefiks itu berubah menjadi fonem /l/. contoh lain dalam bahasa Arab, dalam penggabungan artikulus al dengan kata rahman berubah menjadi arrahman di mana fonem /l/ berubah menjadi fonem /r/.
11.Pergeseran Fonem
Proses pergeseran fonem adalah pindahnya sebuah fonem dari silabel yang satu ke silabel yang lain, biasanya ke silabel berikutnya. Peristiwa itu dapat kita lihat dalam proses pengimbuhan sufiks /an/ pada kata jawab di mana fonem /b/ yang semula berada pada silabel /wab/ pindah ke silabel /ban/. Juga dalam proses pengimbuhan sufiks /i/ pada kata lompat di mana fonem /t/ yang semula berada pada silabel /pat/ pindah ke silabel /ti/.
Baca juga Bidang Linguistik Murni dan Terapan
Kaidah Fonologi Generatif
Kaidah-kaidah perubahan bunyi dalam fonologi generatif, antara lain: kaidah perubahan ciri, kaidah pelesapan segmen, kaidah penambahan/penyisipan segmen, kaidah penyatuan segmen (koalisi), dan kaidah metatesis (permutasi). Kaidah-kaidah tersebut diduga berlaku secara universal pada semua bahasa. Secara umum, kaidah-kaidah tersebut mempunyai rumus seperti di bawah ini:
1. Penambahan Segmen
Penambahan segmen adalah penambahan atau penyisipan segmen pada kata. Kaidah ini dapat dirumuskan seperti dibawah ini:
A → Ø / B __ C
2. Pelesapan Segmen
Pelesapan segmen adalah penghilangan segmen pada kata. Kaidah ini dapat dirumuskan seperti dibawah ini:
Ø → A / B __ C
3. Penyatuan Segmen (Koalisi)
Penyatuan segmen adalah proses fonologis ketika dua suara bergabung menjadi suara tunggal yang memiliki sifat masing-masing dua suara asli. Seringkali suara yang dihasilkan memiliki tempat artikulasi salah satu suara sumber dan acara artikulasi yang lain. Dalam kaidah ini gugus konsonan maupun vokal diucapkan menjadi satu bunyi.
Contoh rumus koalisi: [xy] → z / # __
4. Asimilasi
Assimilation is the process of changing one phoneme into another phoneme as the result of putting morphemes together (Ramelan dalam Sutomo, 2012). Asimilasi adalah perubahan bunyi dari satu fonem menjadi fonem yang lain sebagai akibat dari peletakan morfem-morfem bersamaan. Dengan kata lain, asimilasi adalah dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang sama atau yang hampir sama. Hal ini terjadi karena bunyi-bunyi bahasa itu diucapkan secara berurutan sehingga berpotensi untuk saling mempengaruhi atau dipengaruhi sebagai akibat adanya lingkungan yang hampir sama.
Menurut Laver (1994:382-3) asimilasi adalah proses saling pengaruh antarbunyi mengakibatkan ciri-ciri bunyi yang dipengaruhi menjadi berubah untuk menyesuaikan dengan bunyi yang mempengaruhi, dan pengaruh itu dapat terjadi antarsegmen dalam suatu kata atau antar komponen dalam kata majemuk.
Asimilasi berdasarkan alur artikulasi dibagi menjadi asimilasi progresif dan regresif. Asimilasi progresif yaitu proses berpengaruhnya sebuah bunyi pada bunyi sesudahnya. Sedangkan asimilasi regresif yaitu proses berpengaruhnya sebuah bunyi pada bunyi sebelumnya.
Selain itu, ada pembagian jenis asimilasi berdasarkan pengaruh dari konsonan maupun vokal. Macam-macam asimilasi ini, yaitu: (1) asimilasi Konsonan-Konsonan (K-K): konsonan yang berasimilasi dengan konsonan; (2) asimilasi Konsonan-Vokal (K-V): konsonan yang berasimilasi dengan vokal; (3) asimilasi Vokal-Vokal (V-V): vokal yang berasimilasi dengan vokal; dan (4) asimilasi Vokal-Konsonan (V-K): vokal yang berasimilasi konsonan.
Contoh rumus asimilasi:
[+sil] → [+nas] / ___ [+nas]
Tulisan ini akan memberikan penjelasan tentang proses perubahan bunyi dalam tataran fonologis yang disertai dengan data yang diambil dari berbagai bahasa. Penjelasan tersebut diterangkan menggunakan kaidah-kaidah fonologi generatif seperti yang sudah disampaikan diatas.
Untuk meneliti proses fonologis, diperlukan data fonologis yang memuat bentuk dasar dan bentuk turunan. Kedua bentuk ini digunakan untuk mendeteksi gejala-gejala perubahan fonologis yang muncul.
Dalam pengumpulan data peneliti-an, penulis mengambil data dari beberapa bahasa, antara lain, bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Arab, dan bahasa Zoque. Dalam pengumpulan data yang berbahasa Jawa dan Indonesia, penulis memperolehnya dengan meng-gunakan metode reflektif-introspektif karena penulis adalah penutur asli bahasa Jawa dialek Kudus dan bahasa Indonesia. Reflektif-instropektif adalah metode pengambilan data linguistik dengan cara memanfaatkan intuisi kebahasaan peneliti yang meneliti bahasa yang dikuasainya (bahasa ibunya) untuk menyediakan data yang diperlukan bagi analisis yang sesuai dengan tujuan penelitiannya (Mahsun, 2007: 104). Untuk data selain dua bahasa tersebut, penulis memperolehnya dari buku.
Dalam menganalisis proses perubahan bunyi, penulis memakai beberapa tahap analisis. Data yang sudah terkumpul lalu diidentifikasi dan dikelompokkan berdasarkan jenis proses fonologisnya. Sebelum membuat hipotesis, penulis menentukan underlying form terlebih dahulu. Dari penentuan underlying form tersebut, penulis akan tahu gejala dan proses fonologis yang terjadi. Setelah itu, penulis merumuskan kaidah proses perubahan bunyi dengan menggunakan pendekatan fonologi generatif. Langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan proses perubahan fonologis tersebut.
Bagian ini menjelaskan proses terjadinya perubahan bunyi yang dikaji menggunakan ancangan fonologi generatif. Proses fonologis tersebut antara lain: penambahan segmen, pelesapan segmen, penyatuan segmen, dan asimilasi.
Demikian mengenai Proses Fonologi dan Kaidahnya dalam Ilmu Linguistik. Semoga bisa bermanfaat untuk anda yang sedang mencari mengenai ilmu Fonologi, Fonem, dan prosesnya.
.
Kajian Fonologi dalam Bahasa Indonesia
Proses Fonologis dan juga proses penggantian fonologi ini dapat berbeda-beda sebab sangat tergantung pada lingkungannya, atau pada fonem-fonem lain yang berada di sekitarnya. Misalnya, fonem /o/ kalau berada pada silabel tertutup akan berbunyi / / dan kalau berada pasa silabel terbuka akan berbunyi /o/. Perubahan yang terjadi pada kasus fonem /o/ bahasa Indonesia itu bersifat fonetis, tidak mengubah fonem /o/ menjadi fonem lain. Dalam beberapa kasus lain, dalam bahasa-bahasa tertentu dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang lain. (Chaer, 2007: 132)
Perubahan fonem pada contoh di atas merupakan proses fonologis atau proses morfofonemik. Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi. Proses fonologis dapat berwujud: (1) asimilasi, (2) netralisasi, (3) diftongisasi, (4) monoftongisasi, (5) epentesis, (6) metatesis, (7) pemunculan fonem, (8) pelesapan fonem, (9) peluluhan, (10) perubahan fonem, dan (11) pergeseran fonem.
Proses, dan Kaidah Fonologi dalam Linguistik
Sebelumnya, anda bisa membaca tentang :
- Sekilas Tentang Linguistik
- Kupas Tuntas Morfologi dan Morfem
- Macam-macam Morfologis
- Kajian Fonologi
- Proses Morfofonemik
Proses Fonologi
Beberapa wujdu dari proses Fonologi:1.Asimilasi
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya sehingga bunyi itu menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya.
Misalnya, kata Sabtu biasa diucapkan [saptu], di mana bunyi /b/ berubah menjadi /p/ karena pengaruh bunyi /t/.
2.Netralisas
Dalam bahasa Belanda kata hard dilafalkan [hart]. Dalam bahasa adanya bunyi /t/ pada posisi akhir kata yang dieja hard adalah hasil netralisasi. Fonem /d/ pada kata hard yang bisa berwujud /t/ atau /d/ disebut arkifonem. Contoh lainnya, dalan bahasa Indonesia kata jawab diucapkan [jawap]; tetapi bila diberi akhiran –an bentuknya menjadi jawaban. Jadi, di sini ada arkifonem /B/, yang realisasinya bisa berupa /b/ atau /p/.
3.Diftongisasi
Diftongisasi adalah perubahan bunyi vokal tunggal (monoftong) menjadi dua bunyi vokal atau vokal rangkap (diftong) secara berurutan. Perubahan dari vokal tunggal ke vokal rangkap ini masih diucapkan dalam satu puncak kenya-ringan sehingga tetap dalam satu silaba.
Kata anggota diucapkan [aŋgauta], sentosa diucapkan [səntausa]. Perubahan ini terjadi pada bunyi vokal tunggal /o/ ke vokal rangkap /au/. Hal ini terjadi karena adanya upaya analogi penutur dalam rangka pemurnian bunyi pada kata tersebut. Bahkan, dalam penulisannya pun disesuaikan dengan ucapannya, yaitu anggauta dan sentausa.
Contoh lain: teladan menjadi tauladan [tauladan] => vokal /ə/ menjadi /au/.
4.Monoftongisasi
Kebalikan dari diftongisasi adalah monoftongisasi, yaitu perubahan dua bunyi vokal atau vokal rangkap (difftong) menjadi vokal tunggal (monoftong). Peristiwa penunggalan vokal ini banyak terjadi dalam bahasa Indonesia sebagai sikap pemudahan pengucapan terhadap bunyi-bunyi diftong.
Kata ramai diucapkan [rame], petai diucapkan [pəte]. Perubahan ini terjadi pada bunyi vokal rangkap /ai/ ke vokal tunggal /e/. Penulisannya pun disesuaikan menjadi rame dan pete. Contoh lain: satai menjadi [sate].
5.Epentesis
Epentesis adalah proses penambahan atau pembubuhan bunyi pada tengah kata. Misalnya:
- ada kapak di samping kampak
- ada sajak di samping sanjak
- ada upama di samping umpama
- ada jumblah di samping jumlah
- ada sampi di samping sapi
6.Metatesis
Metatesis adalah perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga menjadi dua bentuk kata yang bersaing. Dalam bahasa Indonesia, kata-kata yang mengalami metatesis ini tidak banyak. Hanya beberapa kata saja. Misalnya: selain jalur ada kata lajur, selain kolar ada koral, selain berantas ada banteras.
7.Pemunculan Fonem
Pemunculan fonem, pelesapan fonem, peluluhan, perubahan fonem, dan pergeseran fonem biasa terjadi pada proses afiksasi. Afiksasi ialah proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk baik berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata-kata baru (Rohmadi dkk, 2009: 41)
Pemunculan fonem dapat kita lihat dalam proses pengimbuhan prefiks me- dengan bentuk dasar baca yang menjadi membaca; di mana terlihat muncul konsonan sengau /m/. Juga dalam kata harian yang diucapkan [hariyan] di mana terlihat muncul konsonan /y/.
Contoh pemunculan fonem yang lain adalah sebagai berikut.
- /ke - an/ + /tingi/ [kətingiyan]
- /pe - an/ + /nanti/ [pənantiyan]
- /ke - an/ + /pulau/ [kəpulauwan]
- /me-/ + /beli/ [məmbəli]
- /me- / + /dapat/ [məndapat]
8.Pelesapan Fonem
Pelesapan fonem dapat kita lihat dalam proses pengimbuhan akhiran -wan pada kata sejarah sehingga menjadi sejarawan di mana fonem /h/ pada kata sejarah itu menjadi hilang. Contoh pemunculan fonem yang lain adalah sebagai berikut.
- /anak/ + /-nda/ [ananda]
- /ber-/ + /kerja/ [bəkərja]
9.Peluluhan Fonem
Proses peluluhan fonem dapat kita lihat dalam proses pengimbuhan prefiks me- pada kata sikat; di mana fonem /s/ pada kata sikat diluluhkan dan disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/ dari perfiks tersebut. Contoh proses peluluhan fonem yang lain adalah:
- /me-/ + /karang/ [məŋaran]
- /me-kan/ + /kirim/ [məŋirimkan]
- /me-/ + /pilih/ [məmilih]
- /me-kan/ + /saksi/ [mənyaksikan]
- /me-/ + /tata/ [mənata]
- /me-i/ + /telusur/ [mənəlusuri]
10.Perubahan Fonem
Proses perubahan fonem dapat kita lihat dalam proses pengimbuhan prefiks ber- pada kata ajar; di mana fonem /r/ dari prefiks itu berubah menjadi fonem /l/. contoh lain dalam bahasa Arab, dalam penggabungan artikulus al dengan kata rahman berubah menjadi arrahman di mana fonem /l/ berubah menjadi fonem /r/.
11.Pergeseran Fonem
Proses pergeseran fonem adalah pindahnya sebuah fonem dari silabel yang satu ke silabel yang lain, biasanya ke silabel berikutnya. Peristiwa itu dapat kita lihat dalam proses pengimbuhan sufiks /an/ pada kata jawab di mana fonem /b/ yang semula berada pada silabel /wab/ pindah ke silabel /ban/. Juga dalam proses pengimbuhan sufiks /i/ pada kata lompat di mana fonem /t/ yang semula berada pada silabel /pat/ pindah ke silabel /ti/.
- ja.wab + -an ja.wa.ban
- lom.pat + -i lom.pa.ti
Baca juga Bidang Linguistik Murni dan Terapan
Kaidah Fonologi
Kaidah Fonologi Generatif
Kaidah-kaidah perubahan bunyi dalam fonologi generatif, antara lain: kaidah perubahan ciri, kaidah pelesapan segmen, kaidah penambahan/penyisipan segmen, kaidah penyatuan segmen (koalisi), dan kaidah metatesis (permutasi). Kaidah-kaidah tersebut diduga berlaku secara universal pada semua bahasa. Secara umum, kaidah-kaidah tersebut mempunyai rumus seperti di bawah ini:
1. Penambahan Segmen
Penambahan segmen adalah penambahan atau penyisipan segmen pada kata. Kaidah ini dapat dirumuskan seperti dibawah ini:
A → Ø / B __ C
2. Pelesapan Segmen
Pelesapan segmen adalah penghilangan segmen pada kata. Kaidah ini dapat dirumuskan seperti dibawah ini:
Ø → A / B __ C
3. Penyatuan Segmen (Koalisi)
Penyatuan segmen adalah proses fonologis ketika dua suara bergabung menjadi suara tunggal yang memiliki sifat masing-masing dua suara asli. Seringkali suara yang dihasilkan memiliki tempat artikulasi salah satu suara sumber dan acara artikulasi yang lain. Dalam kaidah ini gugus konsonan maupun vokal diucapkan menjadi satu bunyi.
Contoh rumus koalisi: [xy] → z / # __
4. Asimilasi
Assimilation is the process of changing one phoneme into another phoneme as the result of putting morphemes together (Ramelan dalam Sutomo, 2012). Asimilasi adalah perubahan bunyi dari satu fonem menjadi fonem yang lain sebagai akibat dari peletakan morfem-morfem bersamaan. Dengan kata lain, asimilasi adalah dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang sama atau yang hampir sama. Hal ini terjadi karena bunyi-bunyi bahasa itu diucapkan secara berurutan sehingga berpotensi untuk saling mempengaruhi atau dipengaruhi sebagai akibat adanya lingkungan yang hampir sama.
Menurut Laver (1994:382-3) asimilasi adalah proses saling pengaruh antarbunyi mengakibatkan ciri-ciri bunyi yang dipengaruhi menjadi berubah untuk menyesuaikan dengan bunyi yang mempengaruhi, dan pengaruh itu dapat terjadi antarsegmen dalam suatu kata atau antar komponen dalam kata majemuk.
Asimilasi berdasarkan alur artikulasi dibagi menjadi asimilasi progresif dan regresif. Asimilasi progresif yaitu proses berpengaruhnya sebuah bunyi pada bunyi sesudahnya. Sedangkan asimilasi regresif yaitu proses berpengaruhnya sebuah bunyi pada bunyi sebelumnya.
Selain itu, ada pembagian jenis asimilasi berdasarkan pengaruh dari konsonan maupun vokal. Macam-macam asimilasi ini, yaitu: (1) asimilasi Konsonan-Konsonan (K-K): konsonan yang berasimilasi dengan konsonan; (2) asimilasi Konsonan-Vokal (K-V): konsonan yang berasimilasi dengan vokal; (3) asimilasi Vokal-Vokal (V-V): vokal yang berasimilasi dengan vokal; dan (4) asimilasi Vokal-Konsonan (V-K): vokal yang berasimilasi konsonan.
Contoh rumus asimilasi:
[+sil] → [+nas] / ___ [+nas]
Tulisan ini akan memberikan penjelasan tentang proses perubahan bunyi dalam tataran fonologis yang disertai dengan data yang diambil dari berbagai bahasa. Penjelasan tersebut diterangkan menggunakan kaidah-kaidah fonologi generatif seperti yang sudah disampaikan diatas.
Untuk meneliti proses fonologis, diperlukan data fonologis yang memuat bentuk dasar dan bentuk turunan. Kedua bentuk ini digunakan untuk mendeteksi gejala-gejala perubahan fonologis yang muncul.
Dalam pengumpulan data peneliti-an, penulis mengambil data dari beberapa bahasa, antara lain, bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Arab, dan bahasa Zoque. Dalam pengumpulan data yang berbahasa Jawa dan Indonesia, penulis memperolehnya dengan meng-gunakan metode reflektif-introspektif karena penulis adalah penutur asli bahasa Jawa dialek Kudus dan bahasa Indonesia. Reflektif-instropektif adalah metode pengambilan data linguistik dengan cara memanfaatkan intuisi kebahasaan peneliti yang meneliti bahasa yang dikuasainya (bahasa ibunya) untuk menyediakan data yang diperlukan bagi analisis yang sesuai dengan tujuan penelitiannya (Mahsun, 2007: 104). Untuk data selain dua bahasa tersebut, penulis memperolehnya dari buku.
Dalam menganalisis proses perubahan bunyi, penulis memakai beberapa tahap analisis. Data yang sudah terkumpul lalu diidentifikasi dan dikelompokkan berdasarkan jenis proses fonologisnya. Sebelum membuat hipotesis, penulis menentukan underlying form terlebih dahulu. Dari penentuan underlying form tersebut, penulis akan tahu gejala dan proses fonologis yang terjadi. Setelah itu, penulis merumuskan kaidah proses perubahan bunyi dengan menggunakan pendekatan fonologi generatif. Langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan proses perubahan fonologis tersebut.
Bagian ini menjelaskan proses terjadinya perubahan bunyi yang dikaji menggunakan ancangan fonologi generatif. Proses fonologis tersebut antara lain: penambahan segmen, pelesapan segmen, penyatuan segmen, dan asimilasi.
Demikian mengenai Proses Fonologi dan Kaidahnya dalam Ilmu Linguistik. Semoga bisa bermanfaat untuk anda yang sedang mencari mengenai ilmu Fonologi, Fonem, dan prosesnya.
.
0 komentar:
Posting Komentar